MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR
TEORI KOGNITIF
DI SUSUN OLEH :
Faza
Akmala 1407010072
Annisa
Dyah M 1407010077
Ari
Setiani 1407010078
Asih
Nur Aizah 1407010079
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi yang berjudul
“ PSIKOLOGI BELAJAR TEORI KOGNITIF” dengan
tepat waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca tentang psikologi belajar dalam
kehidupan sehari-hari yang kami fokuskan pada teori kognitif dalam psikologi
belajar.
Bagaimana pun penulis telah berusaha
membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam
karya manusia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini akan menjadi ilmu yang
bermanfaat.
ii
DAFTAR
ISI
Pengertian Teori
Kognitif.........................................................................................................1-2
Tahap perkembangan teori John
Piaget..................................................................................2-7
Teori bermakna
ausubel...........................................................................................................7-8
Kelebihan belajar bermakna.....................................................................................................8
Aplikasi teori teori belajar kognitif ..........................................................................................9
Teori Bruner....................................................................................................................9
Karakteristik teori
Bruner................................................................................................9-10
Tahapan dalam belajar.................................................................................................10
Aplikasi teori belajar
bruner.........................................................................................11
iii
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian dari teori kognitif?
2. Tahap
perkembangan teori John Piaget
3. Apa
yang dimaksud teori bermakna ausubel?
4. Apa
yang dimaksud kelebihan belajar bermakna
5. Bagaimana
aplikasi teori teori belajar kognitif ?
6. Apa yang dimaksud teori bruner ?
7. Apa yang dimaksud karakteristik teori bruner?
8. Bagimana tahapan dalam belajar
9. Bagaimana aplikasi teori belajar bruner?
iv
A. TEORI
BELAJAR KOGNITIF
Asumsi dasar :
Perilaku individu selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
memikirkan atau mengenal situasi dimana perilaku itu terjadi.
Pentingnya mempelajari
kognisi
Kelebihan
manusia ada di kognisi, jadi kalau mau mempelajari manusia maka pelajarilah
juga kognisinya.
Teori belajar yang masuk kategori teori kognitif :
-
Teori Bruner
Menurut Bruner, dalam proses belajar
dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:
1. informasi
2. transformasi
3. evaluasi (pengkajian pengetahuan).
Informasi,
dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya,
ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui
sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
Transformasi,
informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang
lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih
luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
Evaluasi, kemudian
kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu
bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode selalu ada. Yang menjadi masalah
ialah berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan.
Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada
hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk
mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.
1
Teori belajar Bruner dikenal dengan
tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada
dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada
di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa
tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang
dialaminya.
1.
Kognitive development (J.
Piaget) :
Dikembangkan
oleh Jean Piaget, seorang psikolog yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih tepat mempresentasikan dunia dan melakukan operasi
logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang
mempresepsi lingkunganya-dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang
digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang
berkolerasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
2
\
B. Tahap-tahap perkembangan teori Jean
Piaget :
Tahap-Tahap
|
Umur
|
Kemampuan
|
Sensori-motorik
|
0-2 tahun
|
Menunjuk pada konsep permanensi
objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap
ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan
dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek
belum sempurna.
|
Praoperasional
|
2-7 tahun
|
Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya.
Berpikir masih egosentris dan berpusat.
|
Operasional
|
7-11 tahun
|
Mampu berpikir logis. Mampu
konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat
menghubungkan dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa
berpikir abstrak.
|
Operasional formal
|
11tahun-dewasa
|
Mampu berpikir abstrak dan dapat
menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah.
|
1.
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode
pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
3
a. Sub-tahapan skema refleks,
muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan
refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama
dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi
sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi
simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua
dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan
bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
4
Menurut Piaget, tahapan
pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka
masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini,
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda
yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari
empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri
berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
b.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c.
Decentering—anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
5
d.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang
lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai
contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam
kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam
laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di
dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Ujang.
4.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah
periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami
hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di
antaranya.
6
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini,
sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan
tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
C.
TEORI BERMAKNA AUSUBEL :
Proses Belajar terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan
yang dimiliki dengan pengetahuan baru.
Menurut
Ausabel ada dua jenis belajar :
1. Belajar bermakna (Meaningful learning)
adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
2. Belajar menghafal (Rote learning)
adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang di berikan oleh guru
atau yang dibaca tanpa makna.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di
asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
a. Materi yang secara potensial bermakna
dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan
pengetahuan masa lalu peserta didik.
b. Diberikan dalam situasi belajar yang
bermakna, faktor motivasional memegang peranan penting dalam hal ini, sebab
peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka
tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal
ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak di pelajari secara hafalan.
Ausabel berpendapat bahwa guru harus
dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna.
Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika
siswa diajak beraktifitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
7
Empat
tipe belajar menurut Ausabel yaitu :
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna,
yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran
yang dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia
pelajari kemudian pengetahuan baru ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah
ada.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak
bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima yang bermakna, materi
pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian bentuk baru itu
dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
4. Belajar menerima yang tidak bermakna,
yaitu materi pelajarn yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa
sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa
mengkaitkanya dengan pengetahuan yang ia miliki.
D.
KELEBIHAN dan
KEKURANGAN BELAJAR BERMAKNA
A.
Kelebihan
1. Informasi yang dipelajari lebih lama diingat
2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan
konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai
sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran
yang sama.
3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah
belajar hal-hal yang mirip walaupun terjadi lupa.
B. Kekurangan
1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama
diingat.
2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari
sesuatu tanpa mengkaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah
diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajaranya dapat dinyatakan
sebagai hafalan.
8
E.
APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF
1. belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak
2. anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan dari guru.
3.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4. Bahasa dan cara berfikir
siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa.
5. Siswa-siswa akan belajar
lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu
siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
6. Bahan yang harus
dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
7. Berikan peluang agar
siswa belajar sesuai tahap.
8. Di dalam kelas,
siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
F.
TEORI BRUNER
1.
Jika mempelajari
suatu pengetahuan, maka perlu dipelajari dalam tahap-tahap
tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam
pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.
2.
Jerome Bruner
dilahirkan dalam tahun 1915.
3.
Bruner setuju dengan
pendapat Piaget bahwa perkembangan kognitif anak-anak melalui
peringkat-peringkat tertentu.
9
4.
Bruner lebih
menegaskan tentang belajar secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui
anak itu menjadi sesuatu hal yang baru
5.
Pengetahuan yang
diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer
yang lebih baik.
6.
Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
G.
KARAKTERISTIK TEORI
BRUNER
1.
Belajar penemuan
(discovery learning) : pencarian pengetahuan secara aktif oleh anak
sehingga memberikan hasil yang paling
baik.
2.
Bruner menyarankan agar siswa hendaknya
belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
3.
Anak dianjurkan untuk memperoleh pengalaman
dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu
sendiri.
H.
TAHAP BELAJAR
4.
Tahap enaktif, yaitu pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
5.
Tahap Ikonik, yaitu pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan)
dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau
diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat
pada tahap enaktif tersebut di atas.
6.
Tahap simbolik, yaitu pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol baik simbol-simbol verbal Misalnya huruf-huruf, kata-kata,
kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak
lainnya.
10
I.
APLIKASI TEORI BRUNER
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari
konsep- konsep yang anda ajarkan. Misalkan : untuk contoh mau mengajarkan
bentuk bangun datar segiempat, sesedangkan bukan contoh adalah berikan bangun
datar segitiga, segilima, atau lingkaran.
2. Bantu si belajar untuk melihat adanya
hubungan antara konsep-konsep. Misalkan berikan pertanyaan kepada sibelajar
seperti berikut ini “apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk
menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin—ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan
siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya jelaskan ciri-ciri atau
sifat-sifat dari bangun ubin tersebut
4. Ajak dan beri semangat belajar untuk
memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikoentari dahulu atas
jawaban siswa,kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu sibelajar untuk
berfikir dan mencari jawaban yang sebenarnya
11
.
0 komentar:
Posting Komentar