BAB I
PENDAHULUAN
Berbeda
dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian
dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks.
Teori
Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya
usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia
pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses
belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara
pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar.
Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan
belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif lebih
menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran
manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.
Teori
belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme,
Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Teori pembelajaran
menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi
proses belajar. Bruner dalam Degeng (1989).
B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
1. Teori
Belajar Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan
perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai
perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak.
Menurut
Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang
teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur
tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap
sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
A. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2
tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat
sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang,
mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan
kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting
muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu
menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan
menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
B. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2
tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol
sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada
persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan
anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi
oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang
berbeda dengannya.
C. Tahap
Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah
mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya
mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari
pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah
menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh
pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus
mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika
atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
D . Tahap Operasi Formal (kurang lebih
umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap
ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak
dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan
masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan
pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada
hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah
mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
2.
Teori Jerome Bruner
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang siswa jumpai
dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam
tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,
iconic dan simbolic. Pengetahuan
enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek melakukan
pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin
paham bagaimana cara melakukan lompat tali (melakukan kecakapan tersebut),
namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam
kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran
ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran. Dalam bentuk ini,
anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak
mereka. Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon
mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk
menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran
yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang
sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut.
Menurut Bruner, dalam
proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:
1)
informasi,
dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya,
ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui
sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
2)
Transformasi,
informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang
lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih
luas.
3)
evaluasi
(pengkajian pengetahuan), dalam alam evaluasi kita nilai hingga manakah
pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu bisa dimanfaatkan untuk
memahami gejala-gejala lain.
Karakteristik
Teori Bruner
§ Belajar penemuan (discovery learning) : pencarian pengetahuan secara aktif
oleh anak sehingga memberikan hasil yang
paling baik.
§ Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
§ Anak dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan
eksperimen-eksperimen yang memungkinkan
mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
BAB
III
PENUTUP
|
Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini
tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik,
tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling
lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk
ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada
belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia
atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam
konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir
yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Dari belajar teori ini terdapat
Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan
Teori Belajar Kognitif
·
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
·
Membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah
Kelemahan
Teori Belajar kognitif
· Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
· Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
· Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum
tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
Teori
Belajar Kognitif
Kelompok
11
Disusun oleh:
Fita Anggraeni
Juliana Bintang Timur (1407010097)
Umu Maflihah (1407010119)
0 komentar:
Posting Komentar