BAB I
PENDAHULUAN
Teori
belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme,
Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi proses belajar. Bruner dalam Degeng (1989).
Teori Kognitif lebih
menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha dari
setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan.
Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar
bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini
diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa
menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas
mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang
pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan
pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori
belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan
diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada
bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan
aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik.
Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan.
Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat
untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan
ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan
prasarana yang tersedia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Belajar Kognitif
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition
(kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam
pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di
otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal
atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori
kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Prinsip
umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
a.
Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
b.
Disebut model perseptual
c.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
d.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak
e.
Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi
pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
f.
Belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya.
g.
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
h.
Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak
pada tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel),
Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki belajar (Gagne), Webteaching (Norman)
i.
Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif
amat dipentingkan
j.
Materi pelajaran disusun dengan pola dari
sederhana ke kompleks
k. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena
sangat mempengaruhi keberhasilan siswa belajar.
B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
1. Teori Jerome Bruner
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang siswa jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa
pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive, iconic dan simbolic. Pengetahuan enaktif adalah
mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek melakukan pengatahuan tersebut
daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana
cara melakukan lompat tali (melakukan kecakapan tersebut), namun tidak
terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata,
bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik
merupakan pembelajaran yang melalui gambaran. Dalam bentuk ini, anak-anak
mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka.
Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga
dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan
dalam kata-kata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang
dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama
sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut.
Menurut Bruner, dalam
proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:
1) informasi, dalam tiap
pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah pengetahuan yang
telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula
informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya,
misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
2) Transformasi, informasi
itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih
abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
3) evaluasi (pengkajian
pengetahuan), dalam alam evaluasi kita nilai hingga manakah pengetahuan yang
kita peroleh dan transformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
Karakteristik Teori Bruner
o Belajar penemuan (discovery learning) : pencarian pengetahuan
secara aktif oleh anak sehingga
memberikan hasil yang paling baik.
o Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar
melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
o Anak dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip
itu sendiri.
2. Jean
Piaget, teorinya disebut “Cognitive
Developmental”
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku
dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai
perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak. Dalam
teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual
dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog
developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi
serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental
memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau
kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Tahap-tahap
perkembangan Jean Piaget:
a.
Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2
tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia
dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau
memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka
mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif
yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku
yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan
menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
b.
Tahap
Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan
anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai
realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu
mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh
egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang
berbeda dengannya.
c.
Tahap Operasi
Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan
pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak
terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra.
Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai
sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra
seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi
misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau
penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
d.
Tahap Operasi Formal
(kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak
yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat
memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan
hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak
jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat
membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
6.
Anak hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari
guru.
3.
Teori Belajar Ausubel
Menurut
Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang
telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak
memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan
baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat
belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses
internal. Atau dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur.
Dengan asumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses
belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru
beradaptasi dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Beberapa
Prinsip Teori Belajar Ausubel adalah:
1) Proses belajar akan terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya
dengan pengetahuan baru.
2) Proses belajar akan terjadi melalui
tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan
dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
3) Siswa lebih ditekankan unuk berpikir
secara deduktif (konsep advance organizer)
Adapun
aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
a. Keterlibatan siswa secara aktif amat
dipentingkan
b. Untuk meningkatkan minat dan
meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
c. Materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
d. Perbedaan individu pada siswa perlu
diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
Jenis Belajar menurut Ausubel:
1. belajar
hafalan (rote-learning) = siswa mengingat sesuatu tanpa mengaitkan
dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat
dinyatakan sebagai hafalan (rote) dan tidak akan bermakna (meaningless)
sama sekali baginya.
2. Belajar
bermakna Merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep -konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diingat siswa.
Tipe Belajar menurut Ausubel:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna = mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna
yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang
bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada siswa sampai selesai kemudian dikaitkan dengan pengetahuan
lain yang telah dimiliki
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak
bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada siswa sampai selesai, kemudian dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
|
BAB
III
PENUTUP
|
Kesimpulan
Teori
kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung,
dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami
not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri
sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran
dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan
suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan
manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks
situasi secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 10
Disusun oleh:
Febby Widya Ningsih (1407010092)
Dyan Afifah Ratri (1407010105)
Rizky Djati Oktaviani (1407010129)
Shova Syavia (1407010134)
0 komentar:
Posting Komentar