MAKALAH
PSIKOLOGI BELAJAR
TEORI BELAJAR KOGNITIF
Di susun
oleh :
1.
Bagus Panuntun (1407010071)
2.
Dennis Hermawan Pambudi (1407010112)
3.
Irfan Ibnu Fathoni (1407010126)
Teori Belajar Kognitif
Berbeda
dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks.
Teori Belajar Yang Termasuk
Kategori Teori Kognitif
1. Teori
Bruner
Dalam
memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free discovery learning” ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut
Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun
materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang
tersebut.
2. Teori
J. Piaget
Piaget
merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan
sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat
pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu
yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti
tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara
asimilasi dan akomodasi).
3. Teori
Ausubel
Hakikat
belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau
dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi bahwa
setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam
bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Tahap Perkembangan Piaget
1.
Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami
lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan
menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta
motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak
tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu
pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya
akan bergeser darinya.
Ciri-ciri sensorimotorik :
a. Berdasar
pada suatu tindakan yang praktis
b. Intelegensi
bersifat aksi, bukan refleksi
c. Menyangkut
jarak yang pendek antara subjek dan objek
d. Mengenai
periode sensorimotor:
·
Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung
pada faktor lingkungan sosial dan kematangan fisik.
·
Urutan periode tetap
·
Perkembangan gradual dan merupakan proses yang
kontinu.
2.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Dalam tahap
ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya
perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya.
Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain
mempunyai pandangan yang berbeda dengannya. Salah satu ciri praoperasional
yaitu fungsi semiotik, antara lain :
·
Adanya imitasi tidak langsung, yaitu membuat imitasi
yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri. Contohnya seorang anak
bermain masak-masakan / pasar-pasaran.
·
Permainan yang simbolis merupakan ungkapan diri anak,
contohnya bermain mobil-mobilan dan balok-balok kecil.
·
Menggambar, Anak dapat menggambar realistis tetapi
tidak proporsional. Contohnya, gambar rumah dan pepohonan tegak lurus di lereng
pegunungan.
·
Mengetahui bentuk-bentuk dasar geometris seperti
lingkaran, persegi, dll.
·
Bahasa ucapan. Anak mulai menggunakan suara dalam
mempresentasikan benda atau kejadian.
·
Perkembangan bahasa sangat memperlancar perkembangan
konseptual anak dan juga perkembangan kognitif anak.
·
Menurut Piaget, perkembangan bahasa merupakan transisi
dari sifat egosentris ke interkomunikasi sosial.
3.
Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun)
Dalam tahap
ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang
alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang
datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi
konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang
ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda
tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat
mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat
kesalahan.
4.
Tahap Operasi Formal (11 atau 12 tahun)
Selama tahap
ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak
dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan
masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan
pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada
hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah
mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
Aplikasi Teori Belajar Kognitif
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan
sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang
berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanistik sebagaimana dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah
dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.
- Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar
akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda
kongkrit.
- Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar
amat dipentingkan, karena dengan hanya mengaktifkan siswa maka proses
asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan
baik.
- Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi
belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur
kognitif yang telah dimiliki si belajar.
- Pemahaman dan retensi akan meningkat jika
materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu,
dari sederhana ke kompleks.
- Belajar memahami akan lebih bermaknsa daripada
belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan
dandihubungkan dengan pengetahuan yang telahdimiliki siswa. Tugas guru
adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang telah diketahui siswa. Siswa-siswa akan belajar lebih baik lagi
apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa
agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
Di dalam
kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajra siswa.
Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.
Karakteristik Teori Bruner
Jerome
S. Bruner adalah seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard,
Amerika Serikat, yang telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi
dorongan supaya pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan
berpikir. Jerome S. Bruner yang disebut juga sebagai Bruner telah banyak
memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia
belajar atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan
menstransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia
sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses
aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi
yang diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam
belajar
Jerome Bruner
secaraekstensiftelahmenulistentang proses
pemikiranmanusiadanbagaimanacarapemikirantersebutmuncul – danbagaimanacara yang
seharusnyadialamiolehkemunculantersebut – selama proses instruksiberjalan.
Tulisan-tulisannyatentangduniapendidikanmenunjukkankecendrunganfilisofis Piaget
danmerupakanhartakarun yang penuhdengangagasan.meskipunpembuktianeksperimental
yang ada di masing-masinggagasantidakmemilikitekanan yang
cukupdibandingkandengan yang biasaterjadidalamdalamteori-teorikognitiflainnya.Teoribelajardariperkembanganpsikologipendidikandengantigaaliran
(teoribehavioristik, teorikognitifdanteorihumanistik) yaitu:
teoribelajardaripsikologibehavioristik, yang
berpendapattingkahlakumanusiadikendalikanganjaran (reward)
danpenguatan (reinforcement) darilingkungan.
Dengandemikiandalamtingkahlakubelajarterdapatjalinan yang
eratantarareaksi-reaksibehaviordenganslimulasi,
teoribelajardaripsikologikognitif yang
beranggapanbahwatingkahlakuseseorangselaludidasarkanpadakognisi,
tindakanmengenalataumemikirkansituasidimanatingkahlakuituterjadi,
jadikaumkognitifberpandangantingkahlakuseseoranglebihbergantungkepadapemahaman
(insight) terhadaphubungan-hubungan yang ada di dalamsuatusituasi,
teoritelajardaripsikologihumanistikmenekankanpadabagaimanaindividudipengaruhidandibimbingpribadi
yang merekahubungkankepadapengalaman-pengalamanmerekasendiriataudengan kata
lain pandanganiniberusahauntukmemahamiprilakuseseorangdarisudutperilaku(
behaver). Bukandaripengamat (observer).
Teoribelajar
Bruner dikenaldengantigatahapanbelajarnyayaitu, enaktif, ikonikdansimbolik.Padadasarnyasetiapindividupadawaktumengalamiataumengenalperistiwa
yang ada di
dalamlingkungannyadapatmenemukancarauntukmenyatakankembaliperistiwatersebut di
dalampikirannya, yaitusuatu model mental tentangperistiwa yang dialaminya.
KARAKTER TEORI BRUNER
Bruner
ternyatatidakmengambangkansuatuteoribelajar yang sistematis.Yang pentingbaginyaialahcara-carabagaimana orang memilih,
mempertahankandanmentransformasikaninformasisecaraaktif,
daninilahmenurutbrunerintidaribelajar.Olehkarenaitu Bruner
memusatkanperhatiannyapadamasalahapa yang dilakukanmanusiadenganinformasi yang
diterimanya, danapa yang dilakukannyasesudahmemperolehinformasi yang
diskritituuntukmencapaipemahaman yang memberikankemampuanpadanya.
Jerome
Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif, yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard
University. Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar
sebagaimana yang dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar pada
manusia pengolah aktif terhadap informasi yang diterimanya untuk memperoleh
Pemahaman.
TAHAP BELAJAR
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1)
memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan.
Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian
rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
Dalam transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok
dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan
pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga
sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga
sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of
presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara
ikonik dan cara simbolik.
Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Ia
menekankan cara-cara manusia berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan
pengalaman secara mendalam. Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui
tiga tahapan yang ditentukan cara melihat lingkungan, yaitu enaktif (0-2
tahun), ikonik (2-4 tahun), dan simbolik (5-7 tahun).
- Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang
melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan
sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan
pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan
sebagainya.
- Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang
memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui
bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komperasi)
- Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang
telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika
dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem
simbol. Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya, semakin
dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ekonik dalam
proses belajar.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi
bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari
kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas
penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya
seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran
internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili
suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya
sebuah segitiga tidak menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau
bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih
memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-objek, memberikan
struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini,
tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak
berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki
papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus
duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu
dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu
timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar
atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton
tentang momen.
APLIKASI
Teori pembelajaran Burner mementingkan pembelajaran
melalui penemuan bebas (Freediscovery learning) atau penemuan yang
dibimbing, atau latihan penemuan. Dengan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
dan mengkomunikasikan. Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori
pembelajarannya yaitu; cara manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan
pengalamannya, perkembangan mental manusia dan pemikiran semasa proses
pembelajaran, pemikiran secara logika, penggunaan istilah untuk memahami
susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis dan intuitif, pembelajaran
induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan pemikiran metakognitif.
Teori-teori tersebut dapat diaplikasikan dalam 10 cara sebagai berikut:
- Pembelajaran penemuan
- Pembelajaran melalui metode induktif
- Memberi contoh-contoh yarg berkaitan dan tidak
berkaitan dengan konsep
- Membantu siswa melihat hubungan antar konsep
- Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif
- Melibatkan siswa
- Pengajaran untuk pelajar tahap rendah
- Menggunakan alat bantu mengajar
- Pembelajaran melalui kajian luar
10. Mengajar
mengikuti kemampuan siswa
TEORI BELAJAR BERMAKNA DARI
AUSUBEL
Teori
Belajar Ausubel
Proses
belajarterjadibilasiswamampumengasimilasikanpengatahuan yang di
milikidenganpengtahuanbaru. Psikologipendidikan yang
diterapkanolehAusubeladalahbekerjauntukmencarihukumbelajar yang bermakna,
berikutinikonsepbelajarbermakna David Ausubel.
JENIS BELAJAR
MenurutAusubeladaduajenisbelajar
: (1) Belajarbermakna (meaningful learning) dan (2)
belajarmenghafal (rote learning).
Belajarbermaknaadalahsuatu proses belajar di
manainformasibarudihubungkandenganstrukturpengertian yang
sudahdipunyaiseseorang yang sedangbelajar.
Sedangkanbelajarmenghafaladalahsiswaberusahamenerimadanmenguasaibahan yang
diberikanoleh guru atau yang dibacatanpamakna.
Ausubelmenaruhperhatianbesarpadasiswa
di sekolah, denganmemperhatikan/memberikantekanan-tekananpadaunsurkebermaknaandalambelajarmelaluibahasa
(meaningful verbal learning).Kebermaknaandiartikansebagaikombinasidariinformasi
verbal, konsep, kaidahdanprinsip,
biladitinjaubersama-sama.Olehkarenaitubelajardenganprestasihafalansajatidakdianggapsebagaibelajarbermakna.Maka,
menurutAusubelsupaya proses belajarsiswamenghasilkansesuatu yang bermakna,
tidakharussiswamenemukansendirisemuanya.
Pemerolehaninformasimerupakantujuanpembelajaran yang
pentingdandalamhal-haltertentudapatmengarahkan guru untukmenyampaikaninformasikepadasiswa.
Dalamhalini guru bertanggungjawabuntukmengorganisasikandanmempresentasikanapa
yang perludipelajariolehsiswa, sedangkanperansiswa di siniadalahmenguasai yang
disampaikangurunya. Belajardikatakanmenjadibermakna (meaningful
learning) yang dikemukakanolehAusubeladalahbilainformasi yang
akandipelajaripesertadidikdisusunsesuaidenganstrukturkognitif yang
dimilikipesertadidikitusehinggapesertadidikitumampumengaitkaninformasibarunyadenganstrukturkognitif
yang dimilikinya.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikandandihubungkandenganpengetahuan
yang telahdipunyaisebelumnya.
a.
Materi yang
secarapotensialbermaknadandipiliholeh guru danharussesuaidengan
tingkat perkembangandanpengetahuanmasalalupesertadidik.
b.
Diberikandalamsituasibelajar yang bermakna,
faktormotivasionalmemegangperanan pentingdalamhalini,
sebabpesertadidiktidakakanmengasimilasikanmateribarutersebutapabilamerekatidakmempunyaikeinginandanpengetahuanbagaimanamelakukannya.
Sehinggahaliniperludiaturoleh guru, agar materitidakdipelajarisecarahafalan.
Faktor-faktorutama yang
mempengaruhibelajarbermaknamenurutAusubeladalahstrukturkognitif yang ada,
stabilitasdankejelasanpengetahuandalamsuatubidangstuditertentudanpadawaktutertentu.Seseorangbelajardenganmengasosiasikanfenomenabarukedalamskema
yang telahiapunya. Dalamprosesnyasiswamengkonstruksiapa yang
iapelajaridanditekankanpelajarmengasosiasikanpengalaman,
fenomena, danfakta-faktabarukedalam system pengertian yang telahdipunyainya.
Ausubelberpendapatbahwa guru
harusdapatmengembangkanpotensikognitifsiswamelalui proses belajarbermakna.
Mereka yang beradapadatingkatpendidikandasar,
akanlebihbermanfaatjikasiswadiajakberaktivitas,
dilibatkanlangsungdalamkegiatanpembelajaran. Sedangkanpadatingkatpendidikan
yang lebihtinggi, akanlebihefektifjikamenggunakanpenjelasan, petakonsep,
demonstrasi, diagram danilustrasi.
EmpattipebelajarmenurutAusubel,
yaitu:
1. Belajardenganpenemuan yang bermakna,
yaitumengaitkanpengetahuan yang telahdimilikinyadenganmateripelajaran yang
dipelajarinyaatausiswamenemukanpengetahuannyadariapa yang
iapelajarikemudianpengetahuanbaruituiakaitkandenganpengetahuan yang sudahada.
2. Belajardenganpenemuan yang
tidakbermakna, yaitupelajaran yang dipelajariditemukansendiriolehsiswatanpamengaitkanpengetahuan
yang telahdimilikinya, kemudiandiahafalkan.
3. Belajarmenerima (ekspositori) yang bermakna,
materipelajaran yang
telahtersusunsecaralogisdisampaikankepadasiswasampaibentukakhir,
kemudiapengetahuan yang baruitudikaitkandenganpengetahuan yang iamiliki.
4. Belajarmenerima (ekspositori) yang
tidakbermakna, yaitumateripelajaran yang
telahtersusunsecaralogisdisampaikankepadasiswasampaibentukakhir,
kemudiapengetahuan yang baruitudihafalkantanpamengaitkannyadenganpengetahuan
yang iamiliki.
Berdasarkanuraian
di atasmaka, belajarbermaknamenurutAusubeladalahsuatu proses belajar di
manapesertadidikdapatmenghubungkaninformasibarudenganpengetahuan yang
sudahdimilikinyadan agar pembelajaranbermakna, diperlukan 2 halyaknipilihanmateri
yang bermaknasesuaitingkatpemahamandanpengetahuan yang
dimilikisiswadansituasibelajar yang bermakna yang dipengaruhiolehmotivasi.
Dengandemikiankuncikeberhasilanbelajarterletakpadakebermaknaanbahan
ajar yang diterimaatau yang dipelajariolehsiswa.Ausubeltidaksetujudenganpendapatbahwakegiatanbelajarpenemuan
(discovery learning)
lebihbermaknadaripadakegiatanbelajarpenerimaan (reception learning).Sehinggadenganceramahpun,
asalkaninformasinyabermaknabagipesertadidik, apalagipenyajiannyasistematis, akandihasilkanbelajar
yang baik.
Kelebihan teori belajar Ausubel antara lain :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih
lama diingat. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang bermakna tersebut.
Jika kita mempelajari sesuatu dan dapat mengambil maknanya, sama artinya dengan
kita telah mengetahui konsep dasar dari pelajaran yang diajarkan tersebut. Jadi
jika kita dapat mengingatnya lebih lama.
2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan
konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai
sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi
pelajaran yang mirip.
3.
Informasi yang telah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih
meninggalkan bekas, sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi
pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
0 komentar:
Posting Komentar