BAB I
PENDAHULUAN
Teori belajar
merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana
manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang
kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu
Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada
dasarnya teori pertama dilengkapi oleh
teori kedua dan seterusnya, sehingga ada
varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang
tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan
menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang
lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan
pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya.
Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI IVAN PAVLOV
Ivan Pavlov adalah seorang fisiologi, psikologi, dan dokter rusia.
Ia dilahirkan 14 september 1849 di Rjasan sebuah desa kecil di Rusia Tengah.
Keluarganya mengharapkannya menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari
Teologi. Setelah membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia lebih banyak
peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan Seminari ke Universitas
St. Peterseburg. Disana ia belajar kimia dan fisiologi, dan menerima gelar
doktor pada 1879. Ia melanjutkan studinya dan memulai risetnya sendiri dengan
topik yang menariknya: sistem pencernaan dan peredaran darah. Karyanya pun
terkenal, dan diangkat sebagai professor fisiologi di Akademi Kedokteran
Kekaisaran Rusia. Pavlov amat dihormati dinegerinya sendiri, baik sebagai
Kekaisaran Rusia maupun Unit Soviet dan di seluruh dunia.
Pada 1904 ia memenangkan penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau
Kedokteran dalam penelitiaanya tentang pencernaan. Ia adalah orang yang
terang-terangan dan sering bersilang pendapat dengan pemerintah Soviet dalam
hidupnya, namun karena reputasinya, dan juga karena bangganya penduduk
senegerinya kepadanya, membuatnya terjaga dari penganiayaan. Ia aktif bekerja
di laboratorium sampai kematiaanya dalam usia 86.1 Pavlov adalah seorang ilmuan
yang membaktikan dirinya untuk penelitian. Ia memandang ilmu pengetahuan
sebagai sarana belajar tentang berbagai masalah dunia dan masalah manusia.
Peranan dari ilmuan menurutnya antara lain membuka rahasia alam sehingga dapat
memahami hukum-hukum yang ada pada alam. Disamping itu ilmuan juga harus
mencoba memahami bagaimana manusia itu belajar dan tidak bertanya bagaimana
mestinya manusia belajar.( Menurut
Digilib)
B. PROSES
EKSPERIMENT
Menurut Dahar dalam bukunya teori-teori Belajar menjelaskan dalam tahun-tahun
terakhir dari abad ke 19 dan tahun-tahun
permulaan abad ke-20, Pavlov dan
kawan-kawan mempelajari proses pencernaan dalam
anjing. Selama penelitian mereka para ahli
ini memperhatikan perubahan dalam waktu dan
kecepatan pengeluaran air liur. Dalam eksperimen-eksperimen
ini Pavlov dan kawan-kawannya menunjukkan,
bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku
yang selama ini disangka refleksif dan
tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air
liur.Berangkat dari pengalamannya, Pavlov mencoba
melakukan eksperimen dalam bidang psikologi
dengan menggunakan anjing sebagi subjek penyelidikan.Adapun
langkah-langkah eksperimen yang dilakukan Pavlovsebagai
berikut:
1. Anjing
dioperasi kelenjar ludahnya sedemikian rupa
sehingga memungkinkan penyelidik mengukur dengan
teliti air ludah yang keluar dengan pipa
sebagai respons terhadap perangsang makanan (berupa
serbuk daging) yang disodorkan ke mulutnya. Eksperimen Pavlov
diulang beberapa kali hingga akhirnya diketahui
bahwa air liur sudah keluar sebelum
makanan sampai ke mulut. Artinya, air liur telah keluar saat
anjing melihat piring tempat makanan, melihat orang yang
biasa memberi makanan bahkan saat mendengar
langkah orang yang biasa memberi makanan.( G.A.
Kimble, N. Garmezy & E. Zigler,)
Dengan
demikian, keluarnya air liur karena ada
perangsang makanan merupakan suatu yang wajar. Namun, keluarnya air liur
karena anjing melihat piring, orang atau bahkan langkah seseorang merupakan
suatu yang tidak wajar. Artinya, dalam keadaan normal, air liur
anjing tidak akan keluar hanya karena melihat
piring makanan, orang yang biasa memberi
makanan dan mendengar langkah-langkah orang
yang biasa memberi makanan. Piring tempat
makanan, orang dan langkah orang yang biasa memberi
makanan merupakan tanda atau signal.
Dalam eksperimennya, tanda atau
signal selalu diikuti datangnya makanan. Berkat
latihan-latihan selama eksperimen, anjing akan
mengeluarkan air liurnya bila melihat atau
mendengar signal-signal yang persis sama dengan
signal-signal yang digunakan dalam eksperimen.Apabila
dikaji secara mendalam menurut psikologi,
refleks bersyarat merupakan hasil belajar atau
latihan. Namun, sebagai seorang ahli fisiologi,
Pavlov tidak tertarik pada masalah tersebut
karena lebih tertarik pada masalah fungsi
otak. Dengan mendapatkan refleks bersyarat,
Pavlov berkeyakinan bahwa ia telah
menemukan sesuatu yang baru dibidang fisiologi. Dia ingin mengetahui
proses terbentuknya refleks bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi otak
secara tidak langsung.( Syah,
Muhibbin;2006)
2. Dalam
usahanya memahami fungsi otak, Pavlov mengulangi
eksperimen seperti di atas dengan berbagai
variasi. Adapun langkahlangkah eksperimennya adalah:
a. Anjing
dibiarkan lapar, Paplov membunyikan metronom dan anjing mendengarkannya
dengan sungguh-sungguh. Variasi lain dilakukuan
dengan menyalakan lampu dalam kamar gelap
dan anjing memperhatikan lampu menyala. Setelah
metronom berbunyi atau lampu menyala selama
30 detik, makanan (serbuk daging) diberikan dan
terjadilah refleks pengeluaran air liur.
b. Percobaan
tersebut, baik dengan membunyikan metronom maupun
menyalakan lampu, diulang berkali-kali dengan jarak 15 menit.
c. Setelah
diulang 32 kali, bunyi metronom atau nyala lampu selama 30 detik dapat
menyebabkan keluarnya air liur dan semakin bertambah deras jika makanan
diberikan(Suryabrata, Sumadi.)
Dalam
eksperimen kedua di atas, ada beberapa
hal yang bisa diterangkan:
1) Bunyi
metronom atau nyala lampu merupakan Conditioning
Stimulus (CS) dan makanan merupakan
Unconditioning Stimulus (US).
2) Keluarnya
air liur karena bunyi metronom atau
nyala lampumerupakan Conditioning Refleks (CR) dan keluarnya air liur
karena ada makanan merupakan Unconditioning Refleks (UR).
3) Makanan
yang diberikan setelah air liur disebut
Reinforcer (pengaruh) yang memperkuat refleks
bersyarat dan memberikan respons lebih kuat dibandingkan dengan
refleks bersyarat.
3. Eksperimen-eksperimen
Pavlov berikutnya bertujuan mengetahui apakah
refleks bersyarat yang telah terbentuk
dapat hilang atau dihilangkan. Melalui semua
eksperimennya, Pavlov menyimpulkan bahwa refleks
bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang
atau dihilangkan. Refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat
hilang jika perangsang atau signal yang membentuknya
telah hilang. Hal ini dapat disebabkan
perangsang atau signal yang selama ini
dikenal telah dilupakan atau tidak pernah digunakan kembali.b.
Refleks bersyarat dapat dihilangkan dengan melakukan persyaratan kembali
(reconditioning). Caranya seperti pada eksperimen
kedua. Misalnya, bunyi metronom yang digunakan
sebagai signal telah berhasil membentuk refleks
bersyarat waktu yang
cukup lama, jika metronom dibunyikan kembali,
tidak akan mengakibatkan refleks bersyarat
karena sekarang refleks bersyarat muncul jika ada
nyala lampu. Kenyataan menunjukkan bahwa hewan memiliki daya
ingat terbatas, seperti halnya manusia.
Dari hasil eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan anjing
itu Pavlov berkesimpulan: bahwa gerakan–gerakan
refleks itu dapat dipelajari; dapat berubah
karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian
dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (Unconditioned Refleks) – keluar
air liur ketika melihat makanan dan refleks
bersyarat/refleks yang dipelajari (Conditioned Refleks) –
keluar air liur karena menerima/bereaksi terhadap
warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu
C. TEORI
1. Komponen
Dasar Teori Kondisioning
Klein menyebut ada empat komponen dasar yang membangun Teori
Kondisioning Pavlov. Keempatnya yaitu:
a. Unconditioned stimulus (UCS)
b. Unconditioned
response (UCR)
c. Conditioned stimulus (CS)
d. Conditioned
response (CR)
Pavlov
mengidentifikasi makanan sebagai unconditioned stimulus (US) dan air liur sebagai unconditioned respons (UR) atau respons tak bersyarat. Unconditioned stimulus (US) atau perangsang tak bersyarat
atau perangsang alami, yaitu perangsang yang secara alami dapat menimbulkan
respons tertentu, misalnya makanan bagi anjing dapat menimbulkan air liur.
Perangsang bersyarat atau conditioned
stimulus (CS), yaitu
perangsang yang secara alami tidak dapat menimbulkan respons tertentu, misalnya
suara lonceng yang dapat menimbulkan keluarnya air liur. Respons bersyarat atau unconditioned respons (UR), yaitu respons yang
ditimbulkan oleh bersyarat (bel).
2. Prinsip-Prinsip classical conditioning dalam pembelajaran
Prinsip-prinsip classical conditioning dalam pembelajaran menurut Pavlov
adalah sebagai berikut:
a. Belajar
adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan atau mempertautkan
antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih
lemah.
b. Proses
belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
c. Belajar
adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme atau individu.
d. Setiap
perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
e. Semua
aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Dari hasil eksperimen dengan menggunakan
anjing tersebut, Pavlov akhirnya menemukan beberapa
hukum pengkondisian, antara lain:
a. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman
(extinction).
Penghapusan berlaku apabila rangsangan
terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak
terlazim, lama-kelamaan individu/organisme itu tidak akan bertindak
balas. Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap
ada selama masih diberikan rangsangan
bersyaratnya dan dipasangkan dengan rangsangan
tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat
diberikan untuk beberapa lama, maka respons
bersyarat lalu tidak mempunyai pengut/reinforce
dan besar kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun
jumlah pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian
sebelumnya. Peristiwa itulah yang disebut dengan pemadaman (extinction).
b. Generalisasi
Stimulus (stimulus generalization).
Rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak
balas yang sama. Pavlov menggunakan bunyi loceng
yang berlainan nada, tetapi anjing masih
mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahawa
organisme telah terlazim, dengan dikemukakan
sesuatu rangsangan tak terlazim akan menghasilkan
gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau hampir
sama.
c. Pemilahan
(discrimination),
Diskriminasiyangdikondisikan ditimbulkan melalui
penguatan dan pemadaman yang selektif.
Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan
dapatmembedakan atau mendiskriminasiantara rangsanganyang dikemukakan
dan memilih untuk tidak bertindak atau
bergerak balas.
Generalisasi awal stimulus ini
secara bertahap membuka jalan bagi proses pembedaan. Jika anjing
terus dibiarkan mendengar suara bel yang berbeda-beda
nadanya (tanpa menyajikan makanan di hadapannya),
maka si anjing mulai merespons secara lebih
selektif, membatasi responsnya hanya kepada
nada yang paling mirip dengan CS orisinil.
Kita bisa juga secara aktif menghasilkan
pembedaan dengan menggandengkan satu nada
dengan makanan, sementara nada lain tanpa
disertai makanan. Ini biasa disebut sebagai eksperimen
tentang pemilahan stimulus.
d. Tingkat
pengondisian yang lebih tinggi.
Akhirnya, Pavlov menunjukkan bahwa
sekali kita dapat mengondisikan seekor anjing
secara solid kepada CS tertentu, maka
dia kemudian bisa menggunakan CS itu untuk
menciptakan hubungan dengan stimulus lain yang masih netral. Di
dalam sebuah eksperimen muridmurid Pavlov melatih seekor anjing
untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi
bel yang disertai makanan, kemudian memasangkan
bunyi bel itu saja dengan sebuah
papan hitam. Setelah beberapa percobaan, dengan
melihat papan hitam itu sajaanjing bisa
mengeluarkan air liurnya. Ini disebut
pengondisian tingkat-kedua. Pavlov menemukan bahwa
dalam beberapa kasus dia bisa menciptakan
pengondisian sampai tingkat-tiga, namun untuk tingkat
selanjutnya, pengondisian tidak bisa dilakukannya.
Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov, diantaranya
:
a. Law of Respondent
Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus
dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law
of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioning
itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
D. APLIKASI
Dari hasil eksperimen dengan menggunakan
anjing tersebut, Pavlov akhirnya menemukan
beberapa hukum pengkondian, contoh atau aplikasi dari hukum
pengkondisian, antara lain:
1. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman
(extinction).
Contoh: Guru yang awalnya memulai
pelajaran (misalnya sains) dengan senyum dan ramah serta mengawali
pelajaran dengan memberi apersepsi atau pun
metafora sebelum memberikan materi pelajaran
ataupun latihan soal dirasa siswa itu
merupakan stimulus yang dapat membangkitkan minat
dan motivasi siswa untuk belajar. Namun bila kemudian
hari guru tersebut masuk dengan senyum dan tanpa memberikan apersepsi dan
metafora dan langsung memberikan latihan soal, maka mungkin
minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat
berkurang dan bila kondisi tersebut terjadi
berulang-ulang dalam waktu lama, maka kemungkin besar minat dan motivasi siswa
untuk belajar dapat hilang.
2. Generalisasi Stimulus (stimulus
generalization).
Contoh 1: anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu
akan memberikan respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui
penguatan dan pemadaman diferensial, rentang
stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak
saja.
Contoh 2: Guru yang awalnya memulai
pelajaran dengan senyum dan ramah serta
mengawali pelajaran dengan memberi apersepsi atau
pun metafora sebelum memberikan materi pelajaran
atau latihan soal dirasa siswa itu
merupakan stimulus yang dapat membangkitkan minat
dan motivasi siswa untuk belajar. Stimulus
tersebut akan digeneralisasi oleh siswa bahwa guru tersebut orangnya
baik, mengerti kemauan siswa dan dapat
diajak berdiskusi serta nantinya dalam memberikan penilaian buat
siswa tidak pelit dan akan memberikan nilai yang bagus.
3. Pemilahan
(discrimination).
Contoh: Guru yang biasa memberikan
pelajaran dengan latihan soal dan usai
memberikan pelajaran menyuruh siswa mengerjakan
latihan soal yang ada dalam buku teks
dipapan tulis. Bila penyelesaian soal tersebut benar maka guru akan
tersenyum dan mengatakan “bagus”. Stimulus ini
akan ditangkap oleh siswa dan dianalogikan bahwa
perkataan “bagus” berarti jawaban siswa tersebut “benar”. Ini
akan berbeda jika siswa mengerjakan soal
dipapan dan guru cuma tersenyum tanpa
mengatakan bagus, karena siswa akan
menganalogikan jawaban yang dibuatnya belum
tentu “benar”. Jadi siswa akan selektif mengartikan senyum guru.
4. Tingkat Pengondisian
Yang Lebih Tinggi.
Contoh: Stimulus yang telah
membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar pada mata
pelajaran tertentu (misalnya sains) yang dirasa sulit,
akan melekat pada diri siswa minat dan
motivasi tersebut. Dan bila siswa dihadapkan
pada mata pelajaran lain (misalnya matematika)
yang juga dirasa sulit, maka minat dan
motivasi untuk mempelajari mata pelajaran
tersebut akan sama besarnya dengan minat dan motivasi belajar
pelajaran terdahulu (red: sains).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ivan Pavlov adalah seorang fisiologi, psikologi, dan dokter rusia.
Ia dilahirkan 14 september 1849 di Rjasan sebuah desa kecil di Rusia Tengah. Pavlov mencoba melakukan eksperimen
dalam bidang psikologi dengan menggunakan anjing sebagi
subjek penyelidikan. Anjing
dioperasi kelenjar ludahnya sedemikian rupa
sehingga memungkinkan penyelidik mengukur dengan
teliti air ludah yang keluar dengan pipa
sebagai respons terhadap perangsang makanan (berupa
serbuk daging) yang disodorkan ke mulutnya. Eksperimen-eksperimen berikutnya, Pavlov menyimpulkan bahwa
refleks bersyarat yang telah terbentuk
dapat hilang atau dihilangkan. Dari hasil eksperimen-eksperimen
yang dilakukan dengan anjing Pavlov menyimpulkan: bahwa
gerakan–gerakan refleks itu dapat dipelajari;
dapat berubah karena mendapat latihan.
Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov ada dua
yaitu, Law of
Respondent Conditioning yaitu hukum pembiasaan
yang dituntut dan Law of Respondent Extinction yaitu
hukum pemusnahan yang dituntut. Pavlov menemukan
beberapa hukum pengkondian, contoh atau aplikasi dari hukum
pengkondisian, antara lain:
a. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman
(extinction).
b. Generalisasi
Stimulus (stimulus generalization).
c. Pemilahan
(discrimination).
d. Tingkat
Pengondisian Yang Lebih Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Materi+02+-+classical.pdf
file:///G:/semest%203/psi%20belajar/pavlov/Materi%2002%20-%20classical%20(1).pdf
digilib.uinsby.ac.id/8358/5/Bab%202.pdf
Dahar, Ratna Wilis,
1988, Teori-teori Belajar. Jakarta: DepDikBud. Hal: 28.
G.A. Kimble, N.
Garmezy & E. Zigler, 1974, Principles of General Psychology. New York: John
Wiley & Sons, Inc. Hal: 208.
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Edisi 5. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Hal. 30-33.
Suryabrata, Sumadi.
Op Cit. Hal: 264.
Titin Nurhidayati,
Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov (Classical Conditioning )
dalam Pendidikan
Purwanto, Ngalim.
(2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Baharuddin & Esa
Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media
Group. Hal: 61.
Purwanto, Ngalim. Op
Cit. Hal: 230.
Disusun oleh:
Nur Indah Fauziyah
(1407010095)
Bonita Sandika Budi (1407010109)
Ayu
Sasmita
(1407010101)
Nicco Galih
Andaka (1407010110)
Nur ‘Aini Zulfa
(1407010114)
Zhafira Riz
G. (1407010115)
Ulfah Nur
Faidah (1407010116)
Triyanti
(1407010118)
Sova
Syavia
(1407010134)
0 komentar:
Posting Komentar