BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar akan selalu berjalan
sepanjang hidup. Belajar merupakan sebagai proses dari kehidupan. Manusia dapat
belajar melalui apa saja yang ia lihat, ia rasakan dan yang ia dengar.
Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yaitu membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Terdapat juga beberapa teori belajar dalam psikologi dan salah satunya adalah teori belajar kognitif. Teori belajar kogniti yaitu suatu proses belajar yang memusatkan pada suatu pikiran. Teori belajar kognitif sendiri merupakan salah satu teori yang digunakan hingga sekarang.
Diharapkan melalui teori belajar kognitif, kita dapat mengetahui dan memahami teori belajar kognitif, menambah wawasan tentang teori belajar kogniti dan menjadikan ktia menjadi orang yang lebih baik lagi sehingga kita dapat meningkatkan kinerja belajar dengan lebih baik.
Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yaitu membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Terdapat juga beberapa teori belajar dalam psikologi dan salah satunya adalah teori belajar kognitif. Teori belajar kogniti yaitu suatu proses belajar yang memusatkan pada suatu pikiran. Teori belajar kognitif sendiri merupakan salah satu teori yang digunakan hingga sekarang.
Diharapkan melalui teori belajar kognitif, kita dapat mengetahui dan memahami teori belajar kognitif, menambah wawasan tentang teori belajar kogniti dan menjadikan ktia menjadi orang yang lebih baik lagi sehingga kita dapat meningkatkan kinerja belajar dengan lebih baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud teori belajar menurut
Piaget?
2.
Bagaimana karakteristik
teori belajar menurut Jerome
S. Bruner?
3.
Apa kelebihan dan kelemahan teori belajar
bermakna menurut Belajar
David Ausubel?
C.
Tujuan
1.
Agar dapat memahami tentang teori
belajar menurut Piaget.
2.
Agar dapat memahami karakteristik teori
belajar menurut Jerome S. Bruner.
3.
Agar dapat memahami kelebihan dan
kelemahan teori belajar bermakna menurut David Ausubel.
BAB
II
PEMBAHASAN
Teori
Kognitif
Istilah “Cognitif” berasal dari kata “Cognition”.
Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan (Neissser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif
menjadi populer dan menjadi salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi
setiap perilaku mental yang berkaitan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Ranah
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)
dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).
Istilah “cognitive
of theory learning” yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan
bahwa belajar merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental) (Slavin, 1994).
Teori belajar tersebut beranggapan bahwa individu yang belajar itu
memiliki kemampuan potensial, sehingga tingkah laku yang bersifat kompleks bukan
hanya sekedar dari jumlah tingkah laku yang sederhana, maka dalam hal belajar
menurut aliran ini adalah mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.
Belajar tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon. Lebih dari itu,
belajar juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Yang menjadi
prioritas perhatian adalah pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru bisa
berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya dikuasai oleh masing-masing
individu.
Teori belajar yang masuk dalam kognitif:
1. Teori Perkembangan Jean
Piaget
Jean Piaget (1896-1980)
lahir di Swiss, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif,
yang pada awal mulanya bukanlah seorang psikolog melainkan seorang ahli biologi,
tetapi telah berhasil menulis lebih dari 30 buku bermutu, yang bertemakan
perkembangan anak dan kognitif (Syah, 1996:66).
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu
perkembangan sistim syaraf. Dengan semakin bertambahnya usia sesesorang maka
semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula
kemampuannya.
Pada saat seseorang tumbuh menjadi dewasa, akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya dan akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan
kualitatif dalam struktur kognitifnya. Apabila seseorang menerima informasi
atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi hingga sesuai
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya,
apabila struktur kognitifnya yang harus diseuaikan dengan informasi yang diterima,
maka proses ini disebut akomodasi. Jadi asimilasi dan akomodasi akan terjadi
apabila terjadi konflik koginitif atau suatu ketidak seimbangan antara apa yang
telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Adaptasi
akan terjadi apabila telah terjadi keseimbangan dalam struktur kognitif.
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan
mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa
kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan
berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Tahap-tahap Perkembangan Piaget
yaitu:
- Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
- Tahap praoperasional (2-7 tahun)
- Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
- Tahap operasi formal (mulai 11 atau 12 tahun)
Perkembangan mental ditandai
oleh kemajuan yang pesat dalam kemampuan bayi mengorganisasikan &
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan2 dan tindakan2 fisik.
Ciri-ciri sensorimotor yaitu :
1.
Didasarkan tindakan praktis.
2.
Inteligensi bersifat aksi,
bukan refleksi.
3.
Menyangkut jarak yang pendek
antara subjek dan objek.
4.
Mengenai periode sensorimotor
Fungsi semiotik pd beberapa
gejala yaitu :
1)
Imitasi tak langsung à membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran.
2)
Permainan simbolis. Contoh:
mobil-mobilan dengan balok-balok kecil.
3)
Permainan simbolis dapat
merupakan ungkapan diri anak.
4)
Bahasa ucapan. Anak mulai
menggunakan suara sebagai representasi benda atau kejadian.
5)
Perkembangan bahasa sangat
memperlancar perkembangan konseptual anak dan juga perkembangan kognitif anak.
-
Logika tentang sifat kekekalan.
-
Berpikir seriasi, klasifikasi, kesimpulan probalistis.
-
Tidak lagi egosentris.
-
Masih terbatas pada hal-hal
konkret.
-
Belum dpt memecahkan persoalan
yang abstrak.
-
Mulai perkembangan rasional dan logika remaja.
-
Pemikiran deduktif, induktif
dan abstraktif.
Aplikasi Teori Belajar Kognitif yaitu:
1)
Belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak
2)
Anak hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru.
3)
Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4)
Bahasa dan cara berfikir siswa
berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa.
5)
Siswa-siswa akan belajar lebih
baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa
agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
6)
Bahan yang harus dipelajari
siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
7)
Berikan peluang agar siswa
belajar sesuai tahap.
8)
Di dalam kelas, siswa-siswa
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Kelemahan-kelemahan dari Teori Piaget yaitu belajar individual
tidak dapat dilaksanakan karena untuk belajar mandiri diperlukan kemampuan
kognitif yang lengkap dan kompleks dan tidak bisa diuraikan dalam
jenjang-jenjang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan
kognitif tingkat tinggi dapat dicapai oleh anak-anak yang belum mencapai umur
yang sesuai dengan jenjang-jenjang teori Piaget. Sebaliknya, banyak orang yang
tidak mencapai tahap operasional formal tanpa adanya manipulasi hal-hal yang
bersifat konkrit seperti pemakaian gambar, demonstrasi, pemberian model dll.
Keterampilan ternyata lebih baik dipelajari melalui urutan, bukan berdasarkan
tahapan umur.
2. Teori Kognitif Jerome S. Bruner
Jerome
Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome S. Bruner adalah seorang pakar psikologi
perkembangan dan pakar psikologi belajar kognitif, penelitiannya dalam bidang
psikologi antara lain persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam
mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan
pencipta informasi (Dahar, 1988).
Bruner
setuju dengan pendapat Piaget bahwa perkembangan kognitif anak-anak melalui
peringkat-peringkat tertentu. Bruner lebih menegaskan
tentang belajar secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui anak itu
menjadi sesuatu hal yang baru. Pengetahuan yang diperoleh
melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih
baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara
bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah.
Karakteristik
Teori Bruner yaitu :
a.
Belajar penemuan (discovery learning) : pencarian pengetahuan secara aktif
oleh anak sehingga memberikan hasil yang
paling baik.
b.
Bruner menyarankan agar siswa
hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip.
c.
Anak dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu
sendiri.
Tahap Belajar sebagai berikut :
a.
Tahap enaktif, yaitu pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
b.
Tahap Ikonik, yaitu pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan)
dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau
diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat
pada tahap enaktif tersebut di atas.
c.
Tahap simbolik, yaitu pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol baik simbol-simbol verbal Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat)
lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
Prinsip-prinsip belajar Bruner adalah semakin tinggi
tingkat perkembangan intelektual, semakin meningkat pula ketidaktergantungan
individu terhadap stimulus yang diberikan. Pertumbuhan seseorang tergantung
pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi.
Data atau informasi yang diterima dari luar perlu diolah secara mental.
Aplikasi dari Teori Bruner yaitu:
1.
Melakukan kegiatan
mengamati dengan aktivitas belajar seperti melihat, mengamati, membaca,
mendengar, menyimak ( tanpa dengan alat ).
2.
Melakukan kegiatan
menanya dengan aktivitas belajar seperti mengajukan pertanyaan dari yang
bersifat faktual hingga yang hipotetis. Diawali dengan bimbingan guru hingga
siswa dapat mandiri ( dan dapat menjadi suatu kebiasaan ).
3.
Melakukan kegiatan
pengumpulan data dengan aktivitas belajar seperti menetukan data yang
diperlukan dari pertanyaan yang diajukan. Menentukan sumber data ( buku,
dokumen, benda dan eksperimen ).
4.
Melakukan kegiatan
mengasosiasi dengan aktivitas belajar seperti menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, menentukan hubungan data, menyimpulkan dari hasil analisis
data, dan dimulai dari unstructured-unistructure-multistructure-complicated
structure.
5.
Melakukan kegiatan
pengkomunikasian dengan aktivitas belajar seperti menyampaikan hasil
penyampaian konseptualisasi, dalam bentuk lisan, diagram, tulisan, bagan,
gambar atau media lainnya.
3.
Teori
Belajar Bermakna David Ausubel
Ausubel (1968) adalah seorang pakar psikologi pendidikan
dengan teorinya yang berpijak pada psikologi kognitif, dan dalam teorinya
memberi penekanan kepada belajar bermakna, serta retensi dan variabel-variabel
yang berhubungan dalam belajar. Belajar menurut Ausubel dapat diklasifikasikan
ke dalam dua dimensi: (1) berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran disajikan pada siswa, baik melalui ekspository maupuninquiry, (2) menyangkut
cara bagaimana siswa dapat mengaitkan data atau informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada (Romiszowski, 1981).
1.
Proses Belajar
terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan baru
2.
Proses Belajar
terjadi melalui tahap-tahap:
-
memperhatikan stimulus yang diberikan
-
memahami makna stimulus
-
menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami
Jenis Belajar sebagai berikut:
1.
Belajar hafalan (rote-learning)
yaitu siswa mengingat sesuatu tanpa mengaitkan dengan hal yang
lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan (rote) dan tidak akan bermakna (meaningless) sama sekali
baginya.
2.
Belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep
– konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi
fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat siswa. Pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.
Belajar sebagai berikut :
a.
Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan
materi pelajaran yang dipelajari itu.
b.
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
c.
Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai selesai kemudian
dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki
d.
Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai selesai, kemudian
dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu
perkembangan sistim syaraf. Dengan semakin bertambahnya usia sesesorang maka
semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula
kemampuannya.
Teori belajar menurut Bruner jika mempelajari suatu pengetahuan, maka perlu
dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan
itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Teori belajar bermakna menurut Ausubel yaitu proses belajar
terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan baru. Dengan demikian, berbagai macam teori kognitif dapat membantu
mempermudah proses belajar dengan lebih baik, baik dari siswa maunpun dari
gur
B.
Saran
1.
Untuk Mahasiswa sebaiknya belajar lebih
giat dan semangat.
2.
Untuk Masyarakat sebaiknya lebih
memperhatikan tumbuh kembang anak agar dapat bertumbuh dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://jlt-polinema.org/?p=150 ( Diunduh tanggal 14 Desember 2015
)
https://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/ ( Diunduh tanggal 14 Desember 2015 )
Kelompok 7:
Ayu Sasmita (1407010101)
Wahyu Puput Saputri (1407010103)
Khairin Setyo Salsabil Arfah (1407010131)
0 komentar:
Posting Komentar