Senin, 14 Desember 2015

TEORI KOGNITIF KELOMPOK 8





        MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR
        TEORI KOGNITIF
                                                



DI SUSUN OLEH :

Faza Akmala                                                       1407010072
Annisa Dyah M                                                   1407010077
Ari Setiani                                                           1407010078
Asih Nur Aizah                                                    1407010079


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015





KATA PENGANTAR






Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi yang berjudul
“ PSIKOLOGI BELAJAR TEORI KOGNITIF” dengan tepat waktu tanpa halangan suatu apapun. Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan informasi kepada pembaca tentang psikologi belajar dalam kehidupan sehari-hari yang kami fokuskan pada teori kognitif dalam psikologi belajar.
Bagaimana pun penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat.









                                                                                                ii


                                                                                DAFTAR ISI

Pengertian Teori Kognitif.........................................................................................................1-2
Tahap perkembangan teori John Piaget..................................................................................2-7
Teori bermakna ausubel...........................................................................................................7-8
Kelebihan belajar bermakna.....................................................................................................8
Aplikasi teori teori belajar kognitif ..........................................................................................9
Teori Bruner....................................................................................................................9
Karakteristik teori Bruner................................................................................................9-10
Tahapan dalam belajar.................................................................................................10
Aplikasi teori belajar bruner.........................................................................................11















                                                                                                iii


RUMUSAN MASALAH


1.      Apa pengertian dari teori kognitif?
2.      Tahap perkembangan teori John Piaget
3.      Apa yang dimaksud teori bermakna ausubel?
4.      Apa yang dimaksud  kelebihan belajar bermakna
5.      Bagaimana  aplikasi teori teori belajar kognitif ?
6.      Apa yang dimaksud teori bruner ?
7.      Apa yang dimaksud karakteristik teori bruner?
8.      Bagimana tahapan dalam belajar
9.      Bagaimana aplikasi teori belajar bruner?


















                                                                                                iv



A.    TEORI BELAJAR KOGNITIF

Asumsi dasar :
Perilaku individu selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan memikirkan atau mengenal situasi dimana perilaku itu terjadi.
Pentingnya mempelajari kognisi
Kelebihan manusia ada di kognisi, jadi kalau mau mempelajari manusia maka pelajarilah juga kognisinya.
Teori belajar yang masuk kategori teori kognitif :
-          Teori Bruner
Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:
1.      informasi
2.       transformasi
3.      evaluasi (pengkajian pengetahuan).
Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.
Transformasi, informasi itu harus dianalisis diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode selalu ada. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan. Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.


                                                                                                1

Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya.
1.      Kognitive development (J. Piaget) :
Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat mempresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempresepsi lingkunganya-dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkolerasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:





                                          2

\
B.     Tahap-tahap perkembangan teori Jean Piaget :

Tahap-Tahap
Umur
Kemampuan
Sensori-motorik
0-2 tahun
Menunjuk pada konsep permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek belum sempurna.
Praoperasional
2-7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikir masih egosentris dan berpusat.
Operasional
7-11 tahun
Mampu berpikir logis. Mampu konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat menghubungkan dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.
Operasional formal
11tahun-dewasa
Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah.
1.      Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:



                                                3


a.       Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c.       Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d.      Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e.       Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f.       Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2.      Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.



                                   
                                                4


Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3.      Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.      Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b.      Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c.       Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.


5


d.      Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.       Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
f.       Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4.      Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
 Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.





                                                6


Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

C.     TEORI BERMAKNA AUSUBEL :
Proses Belajar terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru.
            Menurut Ausabel ada dua jenis belajar :
1.      Belajar bermakna (Meaningful learning) adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
2.      Belajar menghafal (Rote learning) adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang di berikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
a.       Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta didik.
b.      Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak di pelajari secara hafalan.
Ausabel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktifitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

                                                7


Empat tipe belajar menurut Ausabel yaitu :
1.      Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2.      Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3.      Belajar menerima yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun  secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian bentuk baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
4.      Belajar menerima yang tidak bermakna, yaitu materi pelajarn yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengkaitkanya dengan pengetahuan yang ia miliki. 

D.    KELEBIHAN dan KEKURANGAN BELAJAR BERMAKNA
A.    Kelebihan
1.      Informasi yang dipelajari lebih lama diingat
2.      Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang sama.
3.      Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun terjadi lupa.
B.     Kekurangan
1.      Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
2.      Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengkaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajaranya dapat dinyatakan sebagai hafalan.



8


E.     APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF

1.      belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak
2.      anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru.
3.      Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4.      Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa.
5.      Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
6.      Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
7.      Berikan peluang agar siswa belajar sesuai tahap.
8.      Di dalam kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

F.      TEORI BRUNER

1.      Jika mempelajari suatu pengetahuan, maka perlu dipelajari  dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.
2.      Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. 
3.      Bruner setuju dengan pendapat Piaget bahwa perkembangan kognitif anak-anak melalui peringkat-peringkat tertentu.


9


4.      Bruner lebih menegaskan tentang belajar secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui anak itu menjadi sesuatu hal yang baru
5.      Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
6.      Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

G.    KARAKTERISTIK TEORI BRUNER

1.      Belajar penemuan (discovery learning) : pencarian pengetahuan secara aktif oleh anak sehingga  memberikan hasil yang paling baik.
2.       Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
3.       Anak dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan  mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.

H.    TAHAP BELAJAR

4.      Tahap enaktif, yaitu  pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
5.      Tahap Ikonik, yaitu pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
6.      Tahap simbolik, yaitu pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol baik simbol-simbol verbal Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya.

10


I.       APLIKASI TEORI BRUNER

1.      Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep- konsep yang anda ajarkan. Misalkan : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sesedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segilima, atau lingkaran.
2.      Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalkan berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini “apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin—ubin yang dapat digunakan?
3.      Berikan satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya jelaskan ciri-ciri atau sifat-sifat dari bangun ubin tersebut
4.      Ajak dan beri semangat belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikoentari dahulu atas jawaban siswa,kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu sibelajar untuk berfikir dan mencari jawaban yang sebenarnya



                                          11
.

0 komentar:

Posting Komentar