Senin, 07 Desember 2015

Aplikasi Teori Ivan Petrovich Pavlov Dalam Classical Conditioning

BAB I
PENDAHULUAN
Teori  belajar  merupakan  upaya  untuk  mendeskripsikan  bagaimana  manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan  Konstruktivisme.  Pada  dasarnya  teori  pertama  dilengkapi  oleh  teori  kedua  dan seterusnya,  sehingga  ada  varian,  gagasan  utama,  ataupun  tokoh  yang  tidak  dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    BIOGRAFI IVAN PAVLOV
Ivan Pavlov adalah seorang fisiologi, psikologi, dan dokter rusia. Ia dilahirkan 14 september 1849 di Rjasan sebuah desa kecil di Rusia Tengah. Keluarganya mengharapkannya menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari Teologi. Setelah membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia lebih banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan Seminari ke Universitas St. Peterseburg. Disana ia belajar kimia dan fisiologi, dan menerima gelar doktor pada 1879. Ia melanjutkan studinya dan memulai risetnya sendiri dengan topik yang menariknya: sistem pencernaan dan peredaran darah. Karyanya pun terkenal, dan diangkat sebagai professor fisiologi di Akademi Kedokteran Kekaisaran Rusia. Pavlov amat dihormati dinegerinya sendiri, baik sebagai Kekaisaran Rusia maupun Unit Soviet dan di seluruh dunia.
Pada 1904 ia memenangkan penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran dalam penelitiaanya tentang pencernaan. Ia adalah orang yang terang-terangan dan sering bersilang pendapat dengan pemerintah Soviet dalam hidupnya, namun karena reputasinya, dan juga karena bangganya penduduk senegerinya kepadanya, membuatnya terjaga dari penganiayaan. Ia aktif bekerja di laboratorium sampai kematiaanya dalam usia 86.1 Pavlov adalah seorang ilmuan yang membaktikan dirinya untuk penelitian. Ia memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana belajar tentang berbagai masalah dunia dan masalah manusia. Peranan dari ilmuan menurutnya antara lain membuka rahasia alam sehingga dapat memahami hukum-hukum yang ada pada alam. Disamping itu ilmuan juga harus mencoba memahami bagaimana manusia itu belajar dan tidak bertanya bagaimana mestinya manusia belajar.( Menurut Digilib)
B.     PROSES EKSPERIMENT
Menurut Dahar dalam bukunya teori-teori Belajar menjelaskan dalam  tahun-tahun  terakhir  dari  abad  ke  19  dan  tahun-tahun permulaan  abad  ke-20,  Pavlov  dan  kawan-kawan  mempelajari  proses pencernaan  dalam  anjing.  Selama  penelitian  mereka  para  ahli  ini memperhatikan  perubahan  dalam  waktu  dan  kecepatan  pengeluaran  air liur.  Dalam  eksperimen-eksperimen  ini  Pavlov  dan  kawan-kawannya menunjukkan,  bagaimana  belajar  dapat  mempengaruhi  perilaku  yang selama  ini  disangka  refleksif  dan  tidak  dapat  dikendalikan,  seperti pengeluaran  air  liur.Berangkat  dari  pengalamannya,  Pavlov  mencoba melakukan  eksperimen  dalam  bidang  psikologi  dengan  menggunakan anjing sebagi subjek penyelidikan.Adapun  langkah-langkah  eksperimen  yang  dilakukan  Pavlovsebagai berikut:
1.      Anjing  dioperasi  kelenjar  ludahnya  sedemikian  rupa  sehingga memungkinkan  penyelidik  mengukur  dengan  teliti  air  ludah  yang keluar  dengan  pipa  sebagai  respons  terhadap  perangsang  makanan (berupa serbuk daging) yang disodorkan ke mulutnya. Eksperimen  Pavlov  diulang  beberapa  kali  hingga  akhirnya  diketahui bahwa  air  liur  sudah  keluar  sebelum  makanan  sampai  ke  mulut. Artinya, air liur telah keluar saat anjing melihat piring tempat makanan, melihat  orang  yang  biasa  memberi  makanan  bahkan  saat  mendengar langkah orang yang biasa memberi makanan.( G.A. Kimble, N. Garmezy & E. Zigler,)
Dengan  demikian,  keluarnya  air  liur  karena  ada  perangsang  makanan merupakan suatu yang wajar. Namun, keluarnya air liur karena anjing melihat piring, orang atau bahkan langkah seseorang merupakan suatu yang tidak wajar.  Artinya, dalam keadaan normal, air liur  anjing tidak akan  keluar  hanya  karena  melihat  piring  makanan,  orang  yang  biasa memberi  makanan  dan  mendengar  langkah-langkah  orang  yang  biasa memberi  makanan.  Piring  tempat  makanan,  orang  dan  langkah  orang yang biasa memberi makanan merupakan tanda atau signal.
Dalam  eksperimennya,  tanda  atau  signal  selalu  diikuti  datangnya makanan.  Berkat  latihan-latihan  selama  eksperimen,  anjing  akan mengeluarkan  air  liurnya  bila  melihat  atau  mendengar  signal-signal yang  persis  sama  dengan  signal-signal  yang  digunakan  dalam eksperimen.Apabila  dikaji  secara  mendalam  menurut  psikologi,  refleks  bersyarat merupakan  hasil  belajar  atau  latihan.  Namun,  sebagai  seorang  ahli fisiologi,  Pavlov  tidak  tertarik  pada  masalah  tersebut  karena  lebih tertarik  pada  masalah  fungsi  otak.  Dengan  mendapatkan  refleks bersyarat,  Pavlov  berkeyakinan  bahwa  ia  telah  menemukan  sesuatu yang baru dibidang fisiologi. Dia ingin mengetahui proses terbentuknya refleks bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi otak secara tidak langsung.( Syah,  Muhibbin;2006)
2.      Dalam  usahanya  memahami  fungsi  otak,  Pavlov  mengulangi eksperimen  seperti  di  atas dengan  berbagai  variasi.  Adapun  langkahlangkah eksperimennya adalah:
a.    Anjing dibiarkan lapar, Paplov membunyikan metronom dan anjing mendengarkannya  dengan  sungguh-sungguh.  Variasi  lain dilakukuan  dengan  menyalakan  lampu  dalam  kamar  gelap  dan anjing  memperhatikan  lampu  menyala.  Setelah  metronom  berbunyi atau  lampu  menyala  selama  30  detik,  makanan   (serbuk  daging) diberikan dan terjadilah refleks pengeluaran air liur.
b.    Percobaan  tersebut,  baik  dengan  membunyikan  metronom  maupun menyalakan lampu, diulang berkali-kali dengan jarak 15 menit.
c.    Setelah diulang 32 kali, bunyi metronom atau nyala lampu selama 30 detik dapat menyebabkan keluarnya air liur dan semakin bertambah deras jika makanan diberikan(Suryabrata, Sumadi.)
Dalam  eksperimen  kedua  di  atas,  ada  beberapa  hal  yang  bisa diterangkan:
1)      Bunyi  metronom  atau  nyala  lampu  merupakan  Conditioning Stimulus  (CS)  dan  makanan  merupakan  Unconditioning  Stimulus (US). 
2)      Keluarnya  air  liur  karena  bunyi  metronom  atau  nyala  lampumerupakan Conditioning Refleks (CR) dan keluarnya air liur karena ada makanan merupakan Unconditioning Refleks (UR).
3)      Makanan  yang  diberikan  setelah  air  liur  disebut  Reinforcer (pengaruh)  yang  memperkuat  refleks  bersyarat  dan  memberikan respons lebih kuat dibandingkan dengan refleks bersyarat.
3.      Eksperimen-eksperimen   Pavlov  berikutnya  bertujuan  mengetahui apakah  refleks  bersyarat  yang  telah  terbentuk  dapat  hilang  atau dihilangkan.  Melalui  semua  eksperimennya,  Pavlov  menyimpulkan bahwa  refleks  bersyarat  yang  telah  terbentuk  dapat  hilang  atau dihilangkan.  Refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang jika perangsang atau  signal  yang  membentuknya  telah  hilang.  Hal  ini  dapat disebabkan  perangsang  atau  signal  yang  selama  ini  dikenal  telah dilupakan atau tidak pernah digunakan kembali.b.  Refleks bersyarat dapat dihilangkan dengan melakukan persyaratan kembali  (reconditioning).  Caranya  seperti  pada  eksperimen  kedua. Misalnya,  bunyi  metronom  yang  digunakan  sebagai  signal  telah berhasil  membentuk  refleks  bersyarat waktu  yang  cukup  lama, jika  metronom  dibunyikan  kembali,  tidak akan  mengakibatkan  refleks  bersyarat   karena  sekarang  refleks bersyarat  muncul  jika  ada  nyala  lampu.  Kenyataan  menunjukkan bahwa hewan memiliki daya ingat terbatas, seperti halnya manusia.
Dari hasil eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan anjing itu  Pavlov  berkesimpulan:  bahwa  gerakan–gerakan  refleks  itu  dapat dipelajari;  dapat  berubah  karena  mendapat  latihan.  Sehingga  dengan demikian  dapat  dibedakan  dua  macam  refleks,  yaitu  refleks  wajar (Unconditioned  Refleks)  –  keluar  air  liur  ketika  melihat  makanan  dan refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (Conditioned  Refleks)  –  keluar  air liur  karena  menerima/bereaksi  terhadap  warna  sinar  tertentu,  atau terhadap suatu bunyi tertentu


C.     TEORI
1.      Komponen Dasar Teori Kondisioning
Klein menyebut ada empat komponen dasar yang membangun Teori Kondisioning Pavlov. Keempatnya yaitu:
a.       Unconditioned stimulus (UCS)
b.      Unconditioned response (UCR)
c.       Conditioned stimulus (CS)
d.      Conditioned response (CR)
Pavlov mengidentifikasi makanan sebagai unconditioned stimulus (US) dan air liur sebagai unconditioned respons (UR) atau respons tak bersyarat. Unconditioned stimulus (US) atau perangsang tak bersyarat atau perangsang alami, yaitu perangsang yang secara alami dapat menimbulkan respons tertentu, misalnya makanan bagi anjing dapat menimbulkan air liur. Perangsang bersyarat atau conditioned stimulus (CS), yaitu perangsang yang secara alami tidak dapat menimbulkan respons tertentu, misalnya suara lonceng yang dapat menimbulkan keluarnya air liur. Respons bersyarat atau unconditioned respons (UR), yaitu respons yang ditimbulkan oleh bersyarat (bel). 
2.      Prinsip-Prinsip classical conditioning dalam pembelajaran
Prinsip-prinsip classical conditioning dalam pembelajaran menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
a.    Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan atau mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
b.    Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
c.    Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme atau individu.
d.   Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
e.    Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Dari  hasil  eksperimen  dengan  menggunakan anjing  tersebut,  Pavlov  akhirnya  menemukan  beberapa  hukum pengkondisian, antara lain:
a.    Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman  (extinction). 
Penghapusan  berlaku apabila  rangsangan  terlazim  tidak  diikuti  dengan  rangsangan  tak terlazim, lama-kelamaan individu/organisme itu tidak akan bertindak balas.  Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap  ada selama  masih  diberikan  rangsangan  bersyaratnya  dan  dipasangkan dengan  rangsangan  tak  bersyarat.  Kalau  rangsangan  bersyarat diberikan  untuk  beberapa  lama,  maka  respons  bersyarat  lalu  tidak mempunyai  pengut/reinforce  dan  besar  kemungkinan  respons bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian sebelumnya. Peristiwa itulah yang disebut  dengan  pemadaman  (extinction).
b.    Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). 
Rangsangan yang sama akan  menghasilkan  tindak  balas  yang  sama.  Pavlov  menggunakan bunyi  loceng yang berlainan  nada,  tetapi  anjing  masih  mengeluarkan air  liur.  Ini  menunjukkan  bahawa  organisme  telah  terlazim,  dengan dikemukakan  sesuatu  rangsangan  tak  terlazim  akan  menghasilkan gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau hampir sama.
c.    Pemilahan  (discrimination),
Diskriminasiyangdikondisikan ditimbulkan  melalui  penguatan  dan  pemadaman  yang  selektif. Diskriminasi  berlaku  apabila  individu  berkenaan  dapatmembedakan atau mendiskriminasiantara rangsanganyang  dikemukakan  dan memilih  untuk  tidak  bertindak  atau  bergerak  balas. 
Generalisasi  awal  stimulus  ini  secara  bertahap  membuka jalan bagi proses pembedaan. Jika anjing terus dibiarkan mendengar suara  bel yang  berbeda-beda  nadanya  (tanpa  menyajikan  makanan di  hadapannya),  maka  si  anjing  mulai  merespons  secara  lebih selektif,  membatasi  responsnya  hanya  kepada  nada  yang  paling mirip  dengan  CS  orisinil.  Kita  bisa  juga  secara  aktif  menghasilkan pembedaan  dengan  menggandengkan  satu  nada  dengan  makanan, sementara  nada  lain   tanpa  disertai  makanan.  Ini  biasa  disebut sebagai eksperimen tentang pemilahan stimulus.
d.   Tingkat  pengondisian  yang  lebih  tinggi. 
Akhirnya,  Pavlov  menunjukkan  bahwa  sekali  kita  dapat  mengondisikan  seekor  anjing secara  solid  kepada  CS  tertentu,  maka  dia  kemudian  bisa menggunakan  CS  itu  untuk  menciptakan  hubungan  dengan stimulus lain yang masih netral. Di dalam sebuah eksperimen muridmurid Pavlov  melatih  seekor  anjing  untuk  mengeluarkan  air  liur terhadap  bunyi  bel  yang  disertai  makanan,  kemudian memasangkan  bunyi  bel  itu  saja  dengan  sebuah  papan  hitam. Setelah  beberapa  percobaan,  dengan  melihat  papan  hitam  itu  sajaanjing  bisa  mengeluarkan  air  liurnya.  Ini  disebut  pengondisian tingkat-kedua.  Pavlov  menemukan  bahwa  dalam  beberapa  kasus dia  bisa  menciptakan  pengondisian  sampai  tingkat-tiga,  namun untuk tingkat selanjutnya, pengondisian tidak bisa dilakukannya.
Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov, diantaranya :
a.       Law  of  Respondent  Conditioning  yakni  hukum  pembiasaan  yang dituntut.  Jika  dua  macam  stimulus  dihadirkan  secara  simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b.      Law  of  Respondent  Extinction  yakni  hukum  pemusnahan  yang dituntut.  Jika  refleks  yang  sudah  diperkuat  melalui  Respondent conditioning  itu  didatangkan  kembali  tanpa  menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

D.    APLIKASI
Dari  hasil  eksperimen  dengan  menggunakan anjing  tersebut,  Pavlov  akhirnya  menemukan  beberapa  hukum pengkondian, contoh atau aplikasi dari hukum pengkondisian, antara lain:
1.    Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman  (extinction). 
Contoh:  Guru  yang  awalnya  memulai  pelajaran  (misalnya sains) dengan senyum dan ramah serta mengawali pelajaran dengan memberi  apersepsi  atau  pun  metafora  sebelum  memberikan  materi pelajaran  ataupun  latihan  soal  dirasa  siswa  itu  merupakan  stimulus yang  dapat  membangkitkan  minat  dan  motivasi  siswa  untuk  belajar. Namun bila kemudian hari guru tersebut masuk dengan senyum dan tanpa memberikan apersepsi dan metafora dan langsung memberikan latihan  soal,  maka  mungkin   minat  dan  motivasi  siswa  untuk  belajar dapat  berkurang  dan  bila  kondisi  tersebut  terjadi  berulang-ulang dalam waktu lama, maka kemungkin besar minat dan motivasi siswa untuk belajar dapat hilang.
2.    Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). 
Contoh 1: anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu akan memberikan  respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui penguatan  dan  pemadaman  diferensial,  rentang  stimulus  rasa  takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja.
Contoh 2:  Guru  yang  awalnya  memulai  pelajaran   dengan senyum  dan  ramah  serta  mengawali  pelajaran  dengan  memberi apersepsi  atau  pun  metafora  sebelum  memberikan  materi  pelajaran atau  latihan  soal  dirasa  siswa  itu  merupakan  stimulus  yang  dapat membangkitkan  minat  dan  motivasi  siswa  untuk  belajar.  Stimulus tersebut akan digeneralisasi oleh siswa bahwa guru tersebut orangnya baik,  mengerti  kemauan  siswa  dan  dapat  diajak  berdiskusi  serta nantinya dalam memberikan penilaian buat siswa tidak pelit dan akan memberikan nilai yang bagus.
3.    Pemilahan  (discrimination). 
Contoh:  Guru  yang  biasa  memberikan  pelajaran  dengan latihan  soal  dan  usai  memberikan  pelajaran  menyuruh  siswa mengerjakan  latihan  soal  yang  ada  dalam  buku  teks  dipapan  tulis. Bila penyelesaian soal tersebut benar maka guru akan tersenyum dan mengatakan  “bagus”.  Stimulus  ini  akan  ditangkap  oleh  siswa  dan dianalogikan bahwa perkataan “bagus” berarti jawaban siswa tersebut “benar”.  Ini  akan  berbeda  jika  siswa  mengerjakan  soal  dipapan  dan guru  cuma  tersenyum  tanpa  mengatakan  bagus,  karena  siswa  akan menganalogikan  jawaban  yang  dibuatnya  belum  tentu  “benar”.  Jadi siswa akan selektif mengartikan senyum guru.
4.    Tingkat  Pengondisian  Yang  Lebih  Tinggi. 
Contoh:  Stimulus  yang  telah  membangkitkan  minat  dan motivasi siswa untuk belajar pada mata pelajaran tertentu (misalnya sains)  yang  dirasa  sulit,  akan  melekat  pada  diri  siswa  minat  dan motivasi  tersebut.  Dan  bila  siswa  dihadapkan  pada  mata  pelajaran lain  (misalnya  matematika)  yang  juga  dirasa  sulit,  maka  minat  dan motivasi  untuk  mempelajari  mata  pelajaran  tersebut  akan  sama besarnya dengan minat dan motivasi belajar pelajaran terdahulu (red: sains).


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Ivan Pavlov adalah seorang fisiologi, psikologi, dan dokter rusia. Ia dilahirkan 14 september 1849 di Rjasan sebuah desa kecil di Rusia Tengah. Pavlov mencoba melakukan eksperimen  dalam  bidang  psikologi  dengan  menggunakan anjing sebagi subjek penyelidikan. Anjing  dioperasi  kelenjar  ludahnya  sedemikian  rupa  sehingga memungkinkan  penyelidik  mengukur  dengan  teliti  air  ludah  yang keluar  dengan  pipa  sebagai  respons  terhadap  perangsang  makanan (berupa serbuk daging) yang disodorkan ke mulutnya. Eksperimen-eksperimen berikutnya, Pavlov  menyimpulkan bahwa  refleks  bersyarat  yang  telah  terbentuk  dapat  hilang  atau dihilangkan. Dari hasil eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan anjing Pavlov  menyimpulkan:  bahwa  gerakan–gerakan  refleks  itu  dapat dipelajari;  dapat  berubah  karena  mendapat  latihan. 
Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov ada dua yaitu, Law  of  Respondent  Conditioning   yaitu hukum  pembiasaan  yang dituntut dan Law  of  Respondent  Extinction yaitu hukum  pemusnahan  yang dituntut. Pavlov  menemukan  beberapa  hukum pengkondian, contoh atau aplikasi dari hukum pengkondisian, antara lain:
a.    Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman  (extinction). 
b.    Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). 
c.    Pemilahan  (discrimination). 
d.   Tingkat  Pengondisian  Yang  Lebih  Tinggi. 

DAFTAR PUSTAKA
wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Materi+02+-+classical.pdf
file:///G:/semest%203/psi%20belajar/pavlov/Materi%2002%20-%20classical%20(1).pdf
digilib.uinsby.ac.id/8358/5/Bab%202.pdf
Dahar, Ratna Wilis, 1988, Teori-teori Belajar. Jakarta: DepDikBud. Hal: 28.
G.A. Kimble, N. Garmezy & E. Zigler, 1974, Principles of General Psychology. New York: John Wiley & Sons, Inc. Hal: 208.
Syah,  Muhibbin.  (2006).  Psikologi  Belajar.  Edisi  5.  Jakarta:PT  Raja  Grafindo  Persada. Hal. 30-33.
Suryabrata, Sumadi. Op Cit. Hal: 264.
Titin Nurhidayati, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov (Classical Conditioning ) dalam Pendidikan
Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media Group. Hal: 61.
Purwanto, Ngalim. Op Cit. Hal: 230.
Disusun oleh:
Nur Indah Fauziyah  (1407010095)
Bonita Sandika Budi (1407010109)
Ayu Sasmita              (1407010101)
Nicco Galih Andaka  (1407010110)
Nur ‘Aini Zulfa         (1407010114)
Zhafira Riz G.           (1407010115)
Ulfah Nur Faidah      (1407010116)
Triyanti                      (1407010118)
Sova Syavia               (1407010134)





0 komentar:

Posting Komentar