Senin, 07 Desember 2015

Aplikasi Teori Thorndike dalam Pembelajaran

Pendahuluan

Peranan guru sangat berpengaruh bagi siswa. Melalui pembelajaran yang efektif dapat mempermudah proses belajar untuk siswa. Guru dapat melakukan berbagai hal agar dapat membuat siswa merasa semangat dalam belajar. Pembelajaran yang efektif dapat mempermudah proses belajar untuk siswa adapun teori Thorndike ini disebut teori koneksionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.

Pembelajaran dalam suatu hal dengan cara teratur dan berulang-ulang tentu dapat mempermudah proses belajar bagi siswa. Dan dengan adanya reward dan punishment dapat memberikan motivasi untuk siswa.  Teori Thorndike dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dikelas.


Proses Eksperimen Thorndike

Pada mulanya, model eksperimen Thorndike yaitu dengan mempergunakan kucing sebagai subjek dalam eksperimennya. Eksperimennya yang khas adalah dengan kucing, dipilih yang masih muda yang kebiasaan-kebiasaannya masih belum kaku, dibiarkan lapar, lalu dimasukkan ke dalam kurungan yang disebut sebagai “problem box”. Dengan konstruksi pintu kurungan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu, maka pintu kurungan akan terbuka dan akhirnya kucing dapat keluar dan mancapai makanan (daging) yang ditempatkan di luar kurungan sebagai hadiah atau daya penarik bagi kucing yang lapar tersebut.
Pada usaha (trial) yang pertama kucing itu melakukan bermacam-macam gerakan yang kurang relevan bagi pemecahan masalah, misalnya mencakar, menubruk, dan sebagainya, sampai kemudian menyentuh tombol dan pintu terbuka. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam usaha yang pertama berlangsung lama. Namun, ketika percobaan tersebut telah dilakukan secara berulang-ulang, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin singkat. Thordike menafsirkan bahwa “kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar mencamkan (mempertahankan) respon-respon yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon-respon yang salah.”


Definisi Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike (Budiningsih, 2005: 21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori belajarnya mengungkapkan bahwasanya setiap tingkah laku makhluk hidup itu merupakan hubungan antara stimulus dan respon, adapun teori Thorndike ini disebut teori koneksionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error. Dalam teori trial dan error ini, berlaku bagi semua organisme dan apabila organisme ini dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara otomatis organisme ini memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba atau bisa juga berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus itu pasti ditemui respon. Apabila dalam tindakan-tindakan yang dilakukan itu menimbulkan perbuatan atau tindakan yang cocok atau memuaskan maka tindakan ini akan disimpan dalam benak seseorang atau organisme lainnya karena dirasa diantara tindakan-tindakan yang paling cocok adalah tindakan itu, selama yang telah dilakukan dalam menanggapi stimulus adalah situasi baru. Jadi dalam teori ini pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau stimulus baru itu sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara terus-menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap stimulus.


Ciri-ciri Belajar Menurut Thorndike

Adapun beberapa ciri-ciri belajar menurut Thorndike (Kartika, 2013:6), antara lain:
Ada motif pendorong aktivitas.
Ada berbagai respon terhadap sesuatu.
Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
Ada kemajuan reksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Thorndike menyatakan bahwa belajar pada hewan maupun manusia berlangsung berdasarkan tiga macam hukum pokok belajar, yaitu:
Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang yang belajar harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak belajar agar dalam belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis.
Hukum Latihan (Law of Exercise)
Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-ulang, adapun latihan atau pengulangan perilaku yang cocok yang telah ditemukan dalam belajar, maka ini merupakan bentuk peningkatan existensi dari perilaku yang cocok tersebut semakin kuat (Law of Use).
Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum akibat Thorndike mengemukakan (Dahar, 2011: 18) jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.


Prinsip-prinsip Belajar yang Dikemukakan oleh Thorndike

Pada saat berhadapan dengan situasi yang baru, berbagai respon ia lakukan.
Dalam diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam potensi untuk mengadakan seleksi terhadap unsur-unsur yang penting dan kurang penting, hingga akhirnya menemukan respon yang tepat.
Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan, sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut menentukan tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama.
Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai hubungan.
Apabila suatu respon cocok dengan situasinya maka relatif lebih mudah untuk dipelajari.


Aplikasi Teori Thorndike

Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk, reward dan punishment sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar yang rapi, tenang dan sebagainya.
Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, dan pujian.


DAFTAR PUSTAKA

http://iwanlukman.blogspot.co.id/2014/05/teori-belajar-thorndike.html Diunduh tanggal 30 November 2015
http://pandidikan.blogspot.co.id/2010/04/teori-thorndike-dalam-belajar.html?m=1 Diunduh tanggal 3 Desember 2015

Disusun oleh :
1. Feriza Nuki Orienta
2. Fita Arisetya Putri
3. Annisa Rafika Faradila
4. Amnel Indah Lestari
5. Bagus Panuntun
6. Irfan Ibnu Fathoni
7. Gian  Irjun S
8. Dennis Hermawan P

9. Wahyu Puput Saputri

0 komentar:

Posting Komentar