Senin, 07 Desember 2015

Teori Belajar BF Skinner


Disusun Oleh:
1.      Faza Akmala M.                      1407010072
2.      Febby Widya Ningsih             1407010092
3.      Juliana Bintang Timur             1407010097
4.      Dyan Afifah Ratri                   1407010105
5.      Khaerunissa Imanurillah         1407010106
6.      Ummu Maflihah                      1407010119
7.      Devia Putri Saleha                  1407010280
8.      Rizky Djati Oktaviani             1407010129
9.      Eraviana Vega Hapsari           1407010130

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada awal abad 19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviourisme) yang pada mulanya dikembangkan oleh psikolog rusia ivan pavlov dengan teori yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (clacical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikolog yang lain seperti Thorndike, BF Skinner, dan Gestalt.
Teori belajar behaviour berorentasi pada hal-hal yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan akan menjadi kebiasaan. Hasil yang diinginkan dari penerapat teori behaviourisme ini adalahg mendapat perilaku yang diinginkan. Dimana perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang tidak diinginkan mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penelitian berdasarkan perilaku yang tampak.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Istilah-istilah seperti cues (pengisyaratan), purposive behaviour (tingkah laku purposive), dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Proses eksperimen
Adapun percobaan Skinner untuk mendemonstrasikan pengkodisian operan adalah sebagai berikut: Seekor tikus yang lapar diletakan dalam sebuah kotak yang disebut “kotak Skinner”. Di dalam kotak Skinner tersebut tidak terdapat apa-apa kecuali sebuah jeruji yang menonjol di mana terdapat piring makanan di bawahnya. Sebuah lampu kecil di atas jeruji dapat dinyalakan menurut kehendak perlaku eksperimen. Tikus yang dibiarkan sendiri dalam kotak, berjalan kesana kemari menjelajahi keadaan sekitar. Kadang-kadang tikus melihat jeruji tersebut dan menekannya. Lalu penekanan tikus pertama terhadap jeruji merupakan peringkat dasar dasar penekanan jeruji. Setelah menentukan peringkat dasar, pelaku eksperimen menggerakkan bubuk makanan yang diletakkan di luar kotak Skinner. Setiap kali tikus menekan jeruji, butir-butir halus makanan terluncut jatuh ke piring makanan. Tikus memakannya dan segera menekan jeruji lagi. Makanan menguatkan (reinforce) penekann jeruji dan laju penekanan meningkat secara drastic. Bila tempat makanan tidak dihubungkan dengan jeruji sehingga penekanan jeruji tidak lagi mengeluarkn makanan, laju penekanan jeruji akan berkurang. Berarti respon operan mengalami pemadaman (extinction) tanpa adanya penguatan.
Pelaku eksperimen dapat menetapkan diskriminasi dengan menyediakan makanan jika jeruji ditekan dan lampu menyala, tetapi tidak ada makanan bila lampu mati. Penguatan selektif ini mengkondisikan tikus untuk menekan jeruji hanya pada saat lampu menyala. Dalam hal ini, lampu berfungsi sebagai stimulus diskriminatif (discriminative stimulus) yang mengendalikan respon. Dengan demikian, pengkondisian operan meningkatkan kemungkinan adanya respon dengan menertakan penguat (reinforce) setelah kejadiannya dan bisa bersaku sebaliknya (extinction).
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
o   Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
o   Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
B.     Teori B.F Skinner
Studi Skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan konsekuensi-konsekuensinya (Syaiful Sagala: 16). Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul yakni operant conditioning (kondisioning operan). ( Baharudin dan Nur Wahyuni, 2008: 67-68). Operant conditioning atau pengkondisian suatu operant yang dapat mengakibatkan prilaku tersebut terulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan (Sugihartono: 97).
Operant adalah perilaku yang diperkuat jika akibatnya menyenangkan. Operant merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Operant belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Operant conditioning telah terbentuk bila dalam frekuensi tingkah laku operant yang bertambah atau bila timbul tingkah laku operant yang tidak tampak sebelumnya. Frekuensi terjadinya tingkah laku operant ditentukan oleh akibat dari tingkah laku itu sendiri (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2008: 132).
Dasar operant conditioning dalam pengajaran adalah untuk memastikan respon terhadap stimuli. Guru berperan penting di kelas, dengan mengontrol langsung kegiatan belajar siswa, pertama-tama yang harus dilakukan adalah menentukan logika yang penting agar menyampaikan materi pelajaran dengan langkah-langkah yang pendekatan kemudian mencoba untuk memberikan reinforcement segera setelah siswa memberikan respon (Ibid: 135).
Asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, halaman 122). Asumsi-asumsi itu diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Belajar itu adalah tingkah laku.
2.      Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian dilingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
3.      Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dan lingkungan hanya dapat ditentukan kalau sifat-sifat  tingkah laku dan kondisi eksperimennya didevinisikan menurut fisiknya dan diobservasi dibawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara seksama.
4.      Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat diterima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Skinner memandang reward (hadiah) atau reinforcement (penguatan) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu respons jika diikuti oleh reinforcement (penguat). Skinner lebih memilih istilah reinforcement dari pada reward, ini dikarenakan reward diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan, sedangkan reinforcement adalah istilah yang netral. Penemuan Skinner memusatkan hubungan tingkah laku dengan konsekuen (Sri Esti Wuryani Djiwandono: 131). Contoh, jika tingkah laku individu segara diikuti oleh konsekuensi menyenangkan, maka individu tersebut akan menggunakan tingkah laku itu lagi sesering mungkin. Untuk penguat itu sendiri sering kali berbentuk penghargaan non-fisik, seperti; pujian dsb (Kelvin Seifert: 34). Penguatan (reinforcement) itu sendiri dibagi menjadi dua, penguatan positif dan penguatan negatif. Penguat positif adalah rangsangan yang memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Sedangkan penguatan negatif ialah penguatan yang mendorong individu untuk menghindari suatu tindakan balas tertentu yang tidak memuaskan (Agus Suprijono, 2011: 21).
C.     Aplikasi Teori Skinner terhadap Pembelajaran
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
§   Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
§   Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
§   Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
§   Materi pelajaran digunakan sistem modul.
§   Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
§   Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
§   Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
§   Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
§   Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
§   Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
§   Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
§   Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
§   Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Studi Skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan konsekuensi-konsekuensinya (Syaiful Sagala: 16).  Operant conditioning adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulang. Unsur yang terpenting dalam belajar menurut BF Skinner adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishemen). Eksprimen BF Skinner menggunakan tikus dan burung merpati menghasilkan hukum Law of operant conditining dan Law of operant extinction.

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. CV. Wacana prima : Bandung
Atkinson, Rita l. 1987. Pengantar Psikologi Edisi Ke Sebelas. Interaksara : Batam
Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan. CV Rajawali : Jakarta
Boerre, George. 2009. Personaliti Theoris. Prisma Sophie : Yogyakarta
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Damayanti, Nefi, Psikologi Belajar.
Hardy, Malcolm.dkk. 1988. Pengantar Psikologi Edisi Ke Dua. PT. Gelora Aksara : Semarang
Hergenhahn. 2008. Theories Of Learning. Prenada Media Group.
Http//www. Feureau.com
Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan BPFE : Yogyakarta
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umun Dalam Lintasan Sejarah. Pustaka Setia : Bandung
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Rajawali : Jakarta
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar