Senin, 14 Desember 2015

Teori Belajar Kognitif Kelompok 7

BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar akan selalu berjalan sepanjang hidup. Belajar merupakan sebagai proses dari kehidupan. Manusia dapat belajar melalui apa saja yang ia lihat, ia rasakan dan yang ia dengar.
Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yaitu membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Terdapat juga beberapa teori belajar dalam psikologi dan salah satunya adalah teori belajar kognitif. Teori belajar kogniti yaitu suatu proses belajar yang memusatkan pada suatu pikiran. Teori belajar kognitif sendiri merupakan salah satu teori yang digunakan hingga sekarang.
Diharapkan melalui teori belajar kognitif, kita dapat mengetahui dan memahami teori belajar kognitif, menambah wawasan tentang teori belajar kogniti dan menjadikan ktia menjadi orang yang lebih baik lagi sehingga kita dapat meningkatkan kinerja belajar dengan lebih baik.
B.                  Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud teori belajar menurut Piaget?
2.         Bagaimana karakteristik teori belajar menurut Jerome S. Bruner?
3.         Apa kelebihan dan kelemahan teori belajar bermakna menurut Belajar David Ausubel?

C.                Tujuan
1.      Agar dapat memahami tentang teori belajar menurut Piaget.
2.      Agar dapat memahami karakteristik teori belajar menurut Jerome S. Bruner.
3.      Agar dapat memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar bermakna menurut David Ausubel.



BAB II
PEMBAHASAN

Teori Kognitif

Istilah “Cognitif” berasal dari kata “Cognition”. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan penge­tahuan (Neissser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer dan menjadi salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap peri­laku mental yang berkaitan dengan pemaham­an, pertimbangan, pengolahan infor­masi, pe­mecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (ke­hendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).
Istilah “cognitive of theory learning” yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan bahwa belajar merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental) (Slavin, 1994). Teori belajar tersebut  beranggapan bahwa individu yang belajar itu memiliki kemampuan potensial, sehingga tingkah laku yang bersifat kompleks bukan hanya sekedar dari jumlah tingkah laku yang sederhana, maka dalam hal belajar me­nurut aliran ini adalah mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar juga melibatkan proses ber­pikir yang sangat kompleks. Yang menjadi priori­tas perhatian adalah pada proses bagai­mana suatu ilmu yang baru bisa ber­asimi­lasi dengan ilmu yang sebelumnya di­kuasai oleh masing-masing individu.

Teori belajar yang masuk dalam kognitif:
1.      Teori Perkembangan Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980) lahir di Swiss, seorang pakar terkemuka dalam disiplin psiko­logi kogni­tif, yang pada awal mulanya bukanlah seorang psikolog melainkan seorang ahli bio­logi, tetapi telah berhasil menulis lebih dari 30 buku ber­mutu, yang bertemakan perkembangan anak dan kognitif (Syah, 1996:66).
Menurut Piaget perkembangan kognitif me­rupakan suatu proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistim syaraf. Dengan semakin ber­tambahnya usia sesesorang maka semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya.
Pada saat seseorang tumbuh menjadi dewasa, akan mengalami adaptasi biologis dengan ling­kungannya dan akan menyebabkan adanya pe­rubahan-perubahan kualitatif dalam struktur kognitifnya. Apabila seseorang menerima infor­masi atau pengalaman baru maka informasi ter­sebut akan dimodifikasi hingga sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses ini di­sebut asimilasi. Se­baliknya, apabila struktur kognitifnya yang harus diseuaikan dengan infor­masi yang di­terima, maka proses ini disebut akomodasi. Jadi asimi­lasi dan akomodasi akan terjadi apabila terjadi konflik koginitif atau suatu ketidak seimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau di­alaminya sekarang. Adaptasi akan terjadi apa­bila telah terjadi keseimbangan dalam struktur kognitif.
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Tahap-tahap Perkembangan Piaget yaitu:
  1.   Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
  2.     Tahap praoperasional (2-7 tahun)
  3.   Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
  4.   Tahap operasi formal (mulai 11 atau 12 tahun)
Perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang pesat dalam kemampuan bayi mengorganisasikan & mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan2 dan tindakan2 fisik.
Ciri-ciri sensorimotor yaitu :
1.      Didasarkan tindakan praktis.
2.      Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
3.      Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
4.      Mengenai periode sensorimotor
Fungsi semiotik pd beberapa gejala yaitu :
1)      Imitasi tak langsung à membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri. Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran.
2)      Permainan simbolis. Contoh: mobil-mobilan dengan balok-balok kecil.
3)      Permainan simbolis dapat merupakan ungkapan diri anak.
4)      Bahasa ucapan. Anak mulai menggunakan suara sebagai representasi benda atau kejadian.
5)      Perkembangan bahasa sangat memperlancar perkembangan konseptual anak dan juga perkembangan kognitif anak.
-          Logika tentang sifat kekekalan.
-          Berpikir  seriasi, klasifikasi, kesimpulan probalistis.
-          Tidak lagi egosentris.
-          Masih terbatas pada hal-hal konkret.
-          Belum dpt memecahkan persoalan yang abstrak.
-          Mulai perkembangan rasional dan logika remaja.
-          Pemikiran deduktif, induktif dan abstraktif.

Aplikasi Teori Belajar Kognitif yaitu:

1)      Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak
2)      Anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru.
3)      Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
4)      Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa.
5)      Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
6)      Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
7)      Berikan peluang agar siswa belajar sesuai tahap.
8)      Di dalam kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Kelemahan-kelemahan dari Teori Piaget yaitu belajar individual tidak dapat dilaksana­kan karena untuk belajar mandiri diperlukan ke­mampuan kognitif yang lengkap dan kompleks dan tidak bisa diuraikan dalam jenjang-jenjang. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ke­terampilan-keterampilan kognitif tingkat tinggi dapat dicapai oleh anak-anak yang belum men­capai umur yang sesuai dengan jenjang-jenjang teori Piaget. Sebaliknya, banyak orang yang tidak mencapai tahap operasional formal tanpa ada­nya manipulasi hal-hal yang bersifat konkrit seperti pemakaian gambar, demonstrasi, pem­berian model dll. Keterampilan ternyata lebih baik dipelajari melalui urutan, bukan berdasar­kan tahapan umur.

2.      Teori Kognitif Jerome S. Bruner
Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome S. Bruner adalah seorang pakar psiko­logi perkembangan dan pakar psikologi belajar kognitif, penelitiannya dalam bidang psikologi antara lain persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pe­mikir, dan pencipta informasi (Dahar, 1988).
Bruner setuju dengan pendapat Piaget bahwa perkembangan kognitif anak-anak melalui peringkat-peringkat tertentu. Bruner lebih menegaskan tentang belajar secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui anak itu menjadi sesuatu hal yang baru. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Karakteristik Teori Bruner yaitu :
a.       Belajar penemuan (discovery learning) : pencarian pengetahuan secara aktif oleh anak sehingga  memberikan hasil yang paling baik.
b.       Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
c.        Anak dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan  mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Tahap Belajar sebagai berikut :
a.       Tahap enaktif, yaitu  pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
b.      Tahap Ikonik, yaitu pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
c.       Tahap simbolik, yaitu pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol baik simbol-simbol verbal Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya.
Prinsip-prinsip belajar Bruner adalah semakin tinggi tingkat perkembangan intelektual, semakin meningkat pula ke­tidak­ter­gantungan individu terhadap stimulus yang di­berikan. Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi. Data atau informasi yang diterima dari luar perlu diolah secara mental.
Aplikasi dari Teori Bruner yaitu:
1.      Melakukan kegiatan mengamati dengan aktivitas belajar seperti melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak ( tanpa dengan alat ).
2.      Melakukan kegiatan menanya dengan aktivitas belajar seperti mengajukan pertanyaan dari yang bersifat faktual hingga yang hipotetis. Diawali dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri ( dan dapat menjadi suatu kebiasaan ).
3.      Melakukan kegiatan pengumpulan data dengan aktivitas belajar seperti menetukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan. Menentukan sumber data ( buku, dokumen, benda dan eksperimen ).
4.      Melakukan kegiatan mengasosiasi dengan aktivitas belajar seperti menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data, menyimpulkan dari hasil analisis data, dan dimulai dari unstructured-unistructure-multistructure-complicated structure.
5.      Melakukan kegiatan pengkomunikasian dengan aktivitas belajar seperti menyampaikan hasil penyampaian konseptualisasi, dalam bentuk lisan, diagram, tulisan, bagan, gambar atau media lainnya.

3.      Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Ausubel (1968) adalah seorang pakar psikologi pendidikan dengan teorinya yang berpijak pada psiko­logi kognitif, dan dalam teorinya memberi pe­nekanan kepada belajar bermakna, serta retensi dan variabel-variabel yang berhubungan dalam belajar. Belajar menurut Ausubel dapat diklasi­fikasikan ke dalam dua dimensi: (1) ber­hubung­an dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, baik melalui eks­pository maupuninquiry, (2) menyangkut cara bagai­mana siswa dapat mengaitkan data atau infor­masi itu pada struktur kognitif yang telah ada (Romiszowski, 1981).
1.      Proses Belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru
2.      Proses Belajar terjadi melalui tahap-tahap:
-           memperhatikan stimulus yang diberikan
-           memahami makna stimulus
-           menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
Jenis Belajar sebagai berikut:
1.      Belajar hafalan (rote-learning) yaitu siswa mengingat sesuatu tanpa mengaitkan dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan (rote) dan tidak akan bermakna (meaningless) sama sekali baginya.
2.      Belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.
Belajar sebagai berikut :
a.       Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu.
b.      Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
c.       Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai selesai kemudian dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki
d.      Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai selesai, kemudian dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.



BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Menurut Piaget perkembangan kognitif me­rupakan suatu proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistim syaraf. Dengan semakin ber­tambahnya usia sesesorang maka semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya. Teori belajar menurut Bruner jika mempelajari suatu pengetahuan, maka perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Teori belajar bermakna menurut Ausubel yaitu proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru. Dengan demikian, berbagai macam teori kognitif dapat membantu mempermudah proses belajar dengan lebih baik, baik dari siswa maunpun dari gur
B.                 Saran
1.      Untuk Mahasiswa sebaiknya belajar lebih giat dan semangat.
2.      Untuk Masyarakat sebaiknya lebih memperhatikan tumbuh kembang anak agar dapat bertumbuh dengan optimal.



DAFTAR PUSTAKA

http://jlt-polinema.org/?p=150            ( Diunduh tanggal 14 Desember 2015 )
https://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/    ( Diunduh tanggal 14 Desember 2015 )



Kelompok 7:
Ayu Sasmita                            (1407010101)
Wahyu Puput Saputri              (1407010103)
Khairin Setyo Salsabil Arfah  (1407010131)

0 komentar:

Posting Komentar