Senin, 14 Desember 2015

Kelompok 4

KELOMPOK 4
NURAENI HAYATUNISA 1407010073
TRI RATNASARI SUBEKTI 1407010082
LINA SETYANINGRUM 1407010086
KHAERUNISSA I 1407010106


Kelas : 3B




Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Desember, 2015


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk  berkembang. Cara dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia.
  1. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang dapat dirumuskan dari pemaparan di atas yaitu:
  1. Jelaskan  pengertian teori kognitif?
  2. Sebutkan  tokoh – tokoh yang berperan dalam teori Belajar kognitif?
  3. Apa saja prinsip-prinsip teori belajar kognitif?
  4. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif?

  1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat adalah :
  1. Mengetahui pengertian teori kognitif
  2. Mengetahui teori-teori yang termasuk ke dalam pandangan
kognitif
  1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori kognitif.





















BAB II
PEMBAHASAN
  1. Asumsi dasar :
  • Perilaku individu selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan memikirkan atau mengenal situasi dimana perilaku itu terjadi.
  • Pentingnya mempelajari kognisi
    • Kelebihan manusia ada di kognisi, jadi kalau mau mempelajari manusia maka pelajarilah juga kognisinya.
KOGNITIVISME
  • Belajar : Perubahan persepsi/pemahaman
  • PBM :
Kritik :sulit melihat “struktur kognitif” yang ada pada setiap individu


  1. TEORI BELAJAR YANG MASUK KATEGORI TEORI KOGNITIF :
  • Teori Bruner : Terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran
  • Kognitive development (J. Piaget) : proses Belajar terjadi menurut tahap-tahap perkembangan sesuai umur
  • TEORI BERMAKNA AUSUBEL : Proses Belajar terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru
  1. JEAN PIAGET (1896 – 1980)
Tahap-tahap perkembangan Piaget
  1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
  2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
  3. Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
  4. Tahap operasi formal (mulai 11 atau 12 tahun)
Tahap-tahap ini secara kualitatif sangat berbeda.
Tahap 1: sensorimotorik
  1. Berlangsung pada usia 0 – 2 tahun.
  2. Perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang pesat dalam kemampuan bayi mengorganisasikan & mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan2 dan tindakan2 fisik.
Ciri-ciri sensorimotor
  1. Didasarkan tindakan praktis.
  2. Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
  3. Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
  4. Mengenai periode sensorimotor:
  • Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan fisik.
  • Urutan periode tetap.
  • Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.
Tahap 2 : praoperasional (2-7 tahun)
  • Dicirikan dengan adanya fungsi semiotik (simbol) ￿ 2-4 tahun.
  • Berkembangnya pemikiran intuitif à 4-7 tahun.
Fungsi semiotik pd beberapa gejala
  • Imitasi tak langsung à membuat imitasi yang secara tidak langsung dari bendanya sendiri. Contoh: anak bermain kue-kuean sendiri, pasar-pasaran.
  • Permainan simbolis. Contoh: mobil-mobilan dengan balok-balok kecil.
  • Permainan simbolis dapat merupakan ungkapan diri anak.
Fungsi semiotik lanjutan
  • Menggambar. Anak dapat menggambar realistis tetapi tidak proporsional. Contoh: gambar rumah dan pepohonan tegak lurus di lereng pegunungan.
  • Mengetahui bentuk-bentuk dasar geometris: bulat, bundar, persegi.
Fungsi semiotik lanjutan
  • Bahasa ucapan. Anak mulai menggunakan suara sebagai representasi benda atau kejadian.
  • Perkembangan bahasa sangat memperlancar perkembangan konseptual anak dan juga perkembangan kognitif anak.
  • Menurut Piaget: perkemb bahasa merupakan transisi dari sifat egosentris ke interkomunikasi sosial.
Tahap 3 : operasi konkret (7-11 tahun)
  • Logika tentang sifat kekekalan.
  • Berpikir seriasi, klasifikasi, kesimpulan probalistis.
  • Tidak lagi egosentris.
  • Masih terbatas pada hal-hal konkret.
  • Belum dpt memecahkan persoalan yang abstrak.
Tahap 4 : operasi formal (mulai 11-15 tahun)
  • Mulai perkembangan rasional dan logika remaja.
  • Pemikiran deduktif, induktif dan abstraktif.
APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF
  • belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak
  • anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru.
  • Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa.
  • Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  • Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
  • Berikan peluang agar siswa belajar sesuai tahap.
  • Di dalam kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.














TEORI BRUNER
Jika mempelajari suatu pengetahuan, maka perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.
  • Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. 
  • Bruner setuju dengan pendapat Piaget bahwa perkembangan kognitif anak-anak melalui peringkat-peringkat tertentu.
  • Bruner lebih menegaskan tentang belajar secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui anak itu menjadi sesuatu hal yang baru
  • Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
  • Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
KARAKTERISTIK TEORI BRUNER
  • Belajar penemuan (discovery learning) : pencarian pengetahuan secara aktif oleh anak sehingga memberikan hasil yang paling baik.
  • Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
  • Anak dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
TAHAP BELAJAR
  • Tahap enaktif, yaitu  pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
  • Tahap Ikonik, yaitu pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
  • Tahap simbolik, yaitu pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol baik simbol-simbol verbal Misalnya huruf-huruf, kata kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya.












APLIKASI
pendekatan ilmiah dan pembelajaran
KEGIATAN
AKTIVITAS BELAJAR
Mengamati (OBSERVING) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat)
Menanya
(QUESTIONING)
-mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersiat hipotesis
-diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)
Pengumpulan Data (EXPERIMENTING)
-menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan
-menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, ekperimen)
-mengumpulkan data
Mengasosiasi
(ASSOCIATING)
-menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori
-menyimpulkan dari hasil analisis data
-dimulai dari unstructured-uni structure-multi structure-complicated structure
Mengkomunikasikan
(COMMUNICATING)
-menyampaikan hasil koneptualisasi
-dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya
TEORI BELAJAR BERMAKNA DARI AUSUBEL
TEORI BERMAKNA AUSUBEL
  • Proses Belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru
  • Proses Belajar terjadi melalui tahap-tahap:
à memperhatikan stimulus yang diberikan
v memahami makna stimulus
v menyimpan dan menggunakan informasi
yang sudah dipahami
JENIS BELAJAR
  • belajar hafalan (rote-learning) = siswa mengingat sesuatu tanpa mengaitkan dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan (rote) dan tidak akan bermakna (meaningless) sama sekali baginya.
  • belajar bermakna
Belajar bermakna
  • Merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
  • Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa
  • Pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.
TIPE BELAJAR
  • Belajar dengan penemuan yang bermakna = mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu.
  • Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
  • Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai selesai kemudian dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki
  • Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai selesai, kemudian dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
KELEBIHAN BELAJAR BERMAKNA
  • Informasi yang dipelajari lebih lama diingat
  • Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar berikutnya.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
  1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
  1. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih
mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif
didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik
mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga
bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
Kelemahan Teori Belajar kognitif
  1. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
  2. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
  3. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.


























BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar. Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
         Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
         Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
         Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
         Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
         Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.








DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Trinaimah. 2003. Diktat Psikologi Belajar. Purwokerto: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

0 komentar:

Posting Komentar